Segala puji bagi Allah, dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah beserta keluarga dan para shahabat beliau.
Pertama, kami ingin mengingatkan Saudara penanya bahwa hakikat rasa takut itu ada tiga macam:
1. Takut secara mistis, yaitu merasa takut kepada seseorang karena anggapan bahwa orang itu dapat menimpakan rasa sakit, kemiskinan, atau musibah-musibah lainnya yang ia inginkan atas kekuasaan dan kehendaknya;
2. Takut kepada orang lain sehingga meninggalkan apa-apa yang Allah wajibkan kepadanya, seperti jihad, amar makruf nahi munkar, dan sebagainya;
3. Rasa takut kepada musuh, binatang buas, tenggelam di dalam air, tertimpa oleh sesuatu, atau sebab-sebab kecelakaan dan gangguan yang jelas lainnya. Ini disebut dengan rasa takut yang alami.
Apabila ini telah dipahami dengan jelas, maka dapat kita katakan bahwa jika rasa takut kepada makhluk itu termasuk ke dalam kategori yang pertama, maka ia merupakan kesyirikan, karena rasa takut seperti itu hanya layak ditujukan kepada Allah, sehingga tidak boleh ditujukan kepada apa pun selain-Nya. Inilah yang diyakini oleh orang-orang musyrik terhadap berhala-berhala dan tuhan-tuhan yang mereka sembah, sehingga mereka menakut-nakuti para wali Allah dengan anggapan itu. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—menceritakan perkataan Nabi Ibrahim—`Alaihis salâm—ketika menentang orang-orang kafir yang berusaha menakut–nakutinya dengan berhala-berhala sesembahan mereka, dalam firman-Nya (yang artinya): "(Ibrahim berkata): 'Dan, aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kalian persekutukan dengan Allah, kecuali apabila Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kalian tidak mengambil pelajaran (darinya)? Bagaimana mungkin aku takut kepada sesembahan-sesembahan yang kalian persekutukan (dengan Allah), sementara kalian tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang tidak Allah turunkan hujjah (alasan yang benar) kepada kalian untuk mempersekutukan-Nya. Maka manakah di antara dua golongan ini yang lebih berhak memperoleh keamanan (dari malapetaka), jika kalian mengetahui?'." [QS. Al-An`âm: 81-82]
Jika rasa takut kepada makhluk itu termasuk kategori yang kedua, maka ia merupakan rasa takut yang diharamkan. Rasa takut seperti inilah yang disebutkan dalam firman Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—(yang artinya): "Sungguh, mereka itu tidak lain hanyalah Syetan yang menakut-nakuti (kalian) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik). Karena itu, janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kalian benar-benar orang beriman." [QS. Al-Baqarah: 175]. Itu pula yang disebutkan dalam hadits Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam: "Sesungguhnya Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman kepada seorang hamba pada Hari Kiamat: 'Apa yang menghalangimu untuk mencegah kemungkaran ketika melihatnya?' Sang hamba menjawab: 'Wahai Tuhanku, aku takut kepada manusia'. Maka Allah berfirman (yang artinya): 'Kepada-Kulah engkau seharusnya merasa takut'." [HR. Ahmad]
Adapun jika rasa takut pada makhluk itu termasuk kategori ketiga, maka ini merupakan hal yang alamiah, karena ia merupakan perkara naluriah, di luar kehendak manusia, dan tidak dicela oleh Syariat. Rasa takut inilah yang disebutkan oleh Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—tentang Nabi Musa—`Alaihis salâm—dalam firman-Nya (yang artinya): "Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (kalau-kalau ada orang yang menyusul untuk menangkapnya)." [QS. Al-Qashash: 21]. Demikian juga yang disebutkan dalam firman-Nya (yang artinya): "Lalu aku lari meninggalkan kalian ketika aku takut kepada kalian." [QS. Asy-Syu`arâ': 21]
Dengan pembagian ini, kiranya jelas bahwa tidak ada kontradiksi antara rasa takut kepada Allah dan rasa takut (yang alami) kepada makhluk. Rasa takut kepada Allah termasuk salah satu sifat tertinggi dan teragung di dalam Agama. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—mengambarkan para Malaikat-Nya, para nabi, dan orang-orang shalih memiliki sifat ini di dalam Kitab Suci-Nya. Allah berfirman (yang artinya):
· "Mereka takut kepada Tuhan mereka yang ada di atas mereka, dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)." [QS. An-Nahl: 50];
· "Dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada Tuhan mereka." [QS. Al-Anbiyâ': 28];
· "(Yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang-(pun) selain kepada Allah." [QS. Al-Ahzâb: 39]
Jadi, rasa takut kepada makhluk, jika bukan termasuk kategori yang alamiah dan naluriah, maka hukumnya berkisar antara syirik atau maksiat (dosa), sebagaimana telah kami jelaskan.
Wallâhu a`lam.