Mungkinkah Malaikat Melihat Allah?

29-5-2024 | IslamWeb

Pertanyaan:

Apakah Malaikat bisa atau pernah melihat Tuhan? Dan bagaimana kita menafsirkan firman Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—(yang artinya): "(Malaikat-Malaikat) yang memikul 'Arsy dan Malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya…" [QS. Ghâfir: 7], karena iman biasanya terkait sesuatu yang ghaib bukan sesuatu yang nyata? Terima kasih, semoga Allah membalasi jasa Anda dengan kebaikan.

Jawaban:

Segala puji bagi Allah dan shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah beserta keluarga dan para shahabat beliau.

Sebuah hadits diriwayatkan dari Anas ibnu Malik—Semoga Allah meridhainya—bahwa Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Aku pernah bertanya kepada Jibril—`Alaihis salâm, 'Apakah engkau melihat Tuhanmu?' Jibril menjawab, 'Antara aku dengan-Nya terdapat 70 pembatas yang terbuat dari cahaya. Seandainya engkau melihat pembatas yang paling dekat saja niscaya engkau akan langsung terbakar'." [HR. Ath-Thabrâni]

Al-`Allâmah Al-Munâwi menyebutkan dalam kitab Faidhul Qadîr bahwa Imam Al-Hâfizh Al-Haitami berkata, "Di antara para perawi hadits di atas, terdapat Faid Al-A`masy yang menurut Abû Dâwûd memiliki beberapa hadits palsu. Tetapi Ibnu Hibbân memasukkannya ke dalam kitab 'Ats-Tsiqât' (yang memuat nama para perawi yang tsiqah/terpercaya). Dan di situ ia mengatakan, 'Ia (Faid ini) sering terkena tuduhan yang tidak baik'."

Mengenai masalah pembatas yang disebutkan dalam hadits ini, sebenarnya juga disebutkan dalam hadits yang terdapat dalam kitab Shahîh Muslim, Musnad Ahmad, dan kitab-kitab hadits lainnya, melalui riwayat shahabat Nabi, Abu Musa Al-Asy`ari. Ia berkata, "Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—suatu ketika berdiri di tengah kami, menyampaikan lima hal: Sesungguhnya Allah—`Azza wa Jalla—tidak pernah tidur, dan tidak pantas baginya untuk tidur; Dia menurunkan timbangan dan menaikkannya; Dia mengangkat amal seseorang di malam hari sebelum amalan siang, dan mengangkat amalan siang hari sebelum amalan malam; Dan pembatas-Nya berbentuk cahaya, jika Dia buka niscaya sinar wajahnya akan membakar seluruh makhluk sampai batas terakhir yang terlihat oleh pandanga-Nya."

Imam An-Nawawi menjelaskan dalam Syarah Shahîh Muslim, "Yang dimaksud dengan makhluk sampai batas terakhir yang terlihat pandangan-Nya adalah seluruh makhluk. Karena pandangan Allah—Subhânahu wata`âlâ—meliputi seluruh makhluk. Artinya, seandainya hijab (pembatas) yang bernama cahaya dan api itu dihilangkan oleh Allah, lalu Dia menampakkan diri-Nya kepada makhluk-Nya, niscaya keagungan Dzat-Nya akan membakar seluruh makhluk. Wallâhu a`lam"

Berangkat dari penjelasan di atas, bisa kita simpulkan bahwa para Malaikat tidak bisa melihat Allah—Subhânahu wata`âlâ.

Perlu kita ingatkan, bahwa hijab (pembatas) yang dimaksud adalah pembatas yang berlaku hanya bagi semua makhluk, sehingga tidak dapat melihat Tuhan mereka. Hijab ini tidak berlaku menjadi pembatas bagi pandangan Allah—Subhânahu wata`âlâ. Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyah—Semoga Allah merahmatinya—berkata, "Adapun anggapan bahwa hijab itu menghalangi Allah untuk dapat melihat dan mengetahui semua yang ada adalah perkataan yang tidak pantas dikatakan oleh seorang muslim. Karena sesungguhnya tidak ada yang luput dari pandangan Allah, walaupun sebesar biji atom, baik di langit maupun di bumi."

Wallâhu a`lam

www.islamweb.net