Islam Web

Haji & Umrah

  1. Haji & Umrah
  2. Anak-Anak

Meniti Masa Pubertas Tanpa Krisis

Meniti Masa Pubertas Tanpa Krisis

Fase pubertas adalah fase yang diwarnai dengan pergolakan batin, berbagai perubahan drastis, serta kondisi kejiwaan yang fluktuatif. Suatu kondisi yang kadang menyebabkan para orang tua merasa khawatir dalam berinteraksi dengan anak-anak mereka pada fase ini. Fase ini sangat dinamis dan krusial bagi seorang anak yang melaluinya, sebab dalam fase ini identitas kepribadiannya mulai mengalami penyempurnaan, dan kegagalan dalam fase ini dapat menghancurkan jati dirinya.

Hal terpenting dalam menghadapi masalah ini adalah bagaimana menjaga (mengawasi) anak-anak yang sedang puber itu—baik lelaki maupun perempuan—agar mereka bisa melewati fase ini dengan selamat dan sukses. Agar kita bisa kembali membawa kapal mereka ke daratan yang aman.

Agar pelayaran ini sukses, dan kita dapat kembali dengan selamat, sudah semestinya kita mengenal pubertas secara lebih dekat. Bagaimana karakteristik dan tanda-tandanya, apa yang dibutuhkan, dan bagaimana menghadapinya.

Siapa yang Disebut Puber?

Pubertas dalam pandangan beberapa psikolog adalah fase yang bermula sejak anak-anak mencapai usia baligh (berakal) sampai sempurnanya pertumbuhan tulangnya, dan nanti berakhir ketika pertumbuhan organ tubuhnya stabil.

Karakteristik Pubertas

1.    Revolusi (Perubahan) Fisik

Apa yang terjadi pada fisik anak yang mengalami pubertas adalah laksana revolusi. Setiap satu bulan atau mungkin kurang dari itu, akan terjadi banyak perubahan pada fisiknya. Fisik anak yang mengalami masa pubertas terus tumbuh secara jelas, dengan memperlihatkan perbedaan menonjol antara ciri fisik lelaki dengan wanita. Satu hal yang dialami oleh semua anak yang mengalami masa pubertas adalah pertambahan berat badan jika dibandingkan dengan fase-fase sebelumnya. Selanjutnya, pertumbuhan fisik akan mulai berjalan secara cepat pada organ-organ tubuh bagian luar. Organ reproduksi juga mulai mengeluarkan hormon-hormonnya.

Dari segi tampilan anggota badan, anak yang mengalami pubertas akan mulai berubah memperlihatkan ciri-ciri kejantanan atau kewanitaannya. Rambut-rambut di sekitar wajah, kemaluan, dan kedua ketiaknya mulai tumbuh. Pada remaja putri, ciri-ciri ini muncul di wajah dalam bentuk yang berbeda, sesuai dengan karakteristik kewanitaannya. Perubahan ini diikuti pula oleh perubahan suara. Suara anak wanita akan menjadi lembut, dan suara anak lelaki akan berubah keras. Selain itu, fase ini juga ditandai dengan keluarnya air mani dan terjadinya mimpi basah bagi anak laki-laki, serta keluarnya darah haid (menstruasi), membesarnya kedua payudara, dan pertumbuhan akal pada wanita.

Karena adanya perubahan fisik yang dialami oleh seorang anak pada fase ini, dan tidak dapat diberikan alasan karena begitu drastis dan cepat, ia menjadi sangat sensitif terhadap kritikan yang berkaitan dengan kondisi fisik dan bentuk tubuhnya dari orang-orang di sekitarnya.

2.    Identifikasi Jati Diri dan Akal Remaja

Dalam fase in, terdapat perubahan baru dan penting dalam proses pembentukan fisik, akal, dan kehidupan seorang remaja. Seorang remaja, baik lelaki maupun wanita, akan mengalami perubahan dari segi pola pikir materialis menuju pola non materialis, dari pola pikir individualis menuju pola pikir semi sosial (peka lingkungan), dari pola pikir yang hanya melihat penampilan dari luar (performance) menuju pola pikir yang melihat pada hakikat—di samping juga tetap melihat kondisi eksternal. Seorang remaja juga boleh jadi akan berubah dari pola pikir negatif menuju pola pikir positif dan bertanggung jawab. Ia juga mulai memikirkan masa depan, padahal sebelumnya tidak pernah memikirkan itu.

Akal seorang remaja puber akan menyaksikan sebuah perubahan yang sangat spesifik dan krusial, di mana ia mulai mengenal hal-hal yang bersifat maknawi (substansial), setelah sebelumnya terpenjara pada hal-hal yang bersifat material dan tidak mengenal apa pun kecuali dengan wujud fisiknya saja. Sebelumnya, ia tidak mengetahui berbagai permasalahan kecuali setelah mendapatkan contoh atau permisalan yang menjelaskannya.

Perubahan baru pada diri seorang remaja puber menjadikannya sadar terhadap hal-hal yang substansial dan nilai-nilai, dan ia mulai mampu memahami sisi itu. Pertanyaan-pertanyaannya mulai keluar jauh menembus konteks material (fisik) yang dekat, menuju dimensi moral, psikologis, dan kosmis (alam).

Meski ia mulai memiliki kemampuan berpikir secara mandiri serta melakukan refleksi moral terhadap dirinya, lingkungannya, peristiwa yang terjadi, fenomena alam semesta, dan lain-lain, namun ada beberapa masalah mental dan sosial yang dialaminya. Di antara masalah yang paling krusial adalah masalah idealisme, kebingungan, dan keragu-raguan.

Idealis

Seorang remaja puber tidak memiliki banyak pengalaman, karena usianya yang masih terlalu muda. Meski begitu, ia tetap berusaha berpikir dan berupaya mendapatkan solusi. Solusi yang tidak didukung oleh pengalaman yang cukup ini membuatnya tidak realistis dalam banyak hal, sehingga membuatnya menolak orang-orang di sekitarnya. Hal ini membuatnya masuk ke dalam wilayah konflik dengan orang-orang di sekitar yang jauh lebih dewasa dan lebih berpengalaman.

Kebingungan dan Keragu-raguan

Minimnya pengalaman, karakter yang reaksioner, dan ditambah pula dengan kecenderungan memaksakan diri untuk mengambil keputusan sendiri, merupakan akar masalah bagi remaja puber. Masalahnya terjadi ketika ia ingin mengambil sebuah keputusan. Ia dapat membayangkan berbagai skenario sebelum peristiwa terjadi. Ia juga bisa mencerna beberapa sisi berbeda dalam skenario yang diprediksikan itu. Sebagaimana ia juga dapat mencerna solusi-solusi alternatif untuk menyelesaikannya. Ketika ia menghadapi masalah yang memiliki alternatif solusi beragam, dan ia harus mengambil keputusan untuk menentukan solusi mana yang akan ia gunakan untuk menyelesaikannya. Saat itu, ia sebenarnya mengalami kebingung menentukan solusi pilihan itu. Namun, kendati mengalami kebingungan, seorang remaja puber cenderung memaksakan dirinya untuk mengambil keputusan. Dan dalam banyak kasus, ia mengalami kegagalan. Untuk itulah, harus ada usaha pengawasan, dan harus ada sarana yang dapat membantunya untuk mengambil keputusan yang tepat, baik secara langsung maupun tidak.

Harga Diri

Remaja puber relatif memiliki kematangan akal dalam derajat tertentu. Hal itu membuat ia dapat merasakan kondisi termarginalkan (terpinggirkan) ketika ia tidak dipandang penting. Sebaliknya, ia bisa merasa sangat berharga jika diberi kedudukan dan tanggung jawab tertentu. Di samping itu, ia juga mengetahui dengan jelas adanya keterkaitan antara bentuk dirinya dalam pandangan orang lain dengan apa yang ia miliki, baik itu berupa harga diri, maupun kontribusi dan peran. Hal ini pada gilirannya juga mengisyaratkan bentuk pro-aktifnya dalam berpikir dan mulainya ia terjun ke medan kehidupan.

Waktu

Salah satu hal yang membedakan antara seorang remaja di fase pubertas dengan seorang anak kecil adalah kesadarannya terhadap harga waktu, dan kemampuannya memikirkan masa depan, di samping juga memikiran masa sekarang. Selain masa depan dirinya, remaja dalam fase ini juga memiliki kemampuan untuk memikirkan masa depan keluarganya, masyarakatnya, termasuk tentang keamanan dan kedudukan bangsanya di tengah negara-negara dunia, serta bagaimana membuat bangkit bangsanya.

3.    Emosional Remaja Puber (Kuatnya Perasaan dan Emosi)

Remaja dalam masa puber memiliki sensitifitas tinggi terhadap rangsangan, kelabilan emosional, dan kekosongan jiwa yang siap untuk diisi. Oleh sebab itulah mengapa seorang remaja puber tidak pernah lelah mengeluarkan reaksi-reaksi emosinya, serta tidak pula realistis dalam mengungkapkannya. Ia akan sangat mudah marah hanya disebabkan hal-hal yang kecil, dan secara gegabah ia akan mengambil keputusan-keputusan yang beresiko tinggi. Apabila ia mencintai sesuatu, ia akan mencintainya secara berlebihan. Inilah yang menjadi salah satu sebab tersebarnya fenomena cinta dan permainan asmara di kalangan anak-anak remaja.

Seorang remaja puber, dengan kematangan organ tubuh dan akalnya, juga memiliki reaksi-reaksi perasaan yang dimiliki oleh orang dewasa pada umumnya. Ia dapat mencintai dan membenci. Ia kadang tenang, tetapi kadang juga marah. Ia bisa cermat dan juga bisa tergesa-gesa. Ia terkadang berani dan terkadang merasa takut. Begitu pula sifat-sifat seperti penyayang, simpati, berani, dan harga diri.

Remaja puber memiliki kekurangan dari segi pengetahuan dan pengalaman, dan ia didominasi oleh perubahan pesat yang terus-menerus dalam dirinya. Dengan demikian, dalam hal pertumbuhan dan kematangan, ia hidup dalam kondisi dan karakteristik yang baru baginya, baik dari segi lingkungan maupun kemampuan, dan ia sama sekali tidak dibekali dengan pengalaman yang cukup.

Keakuan

Maksudnya adalah kekaguman dan rasa bangga seorang remaja puber terhadap dirinya sendiri. Ia meyakini bahwa dirinya adalah pusat perhatian semua orang. Bahkan sebagian remaja puber dikuasai oleh perasaan bahwa semua orang memperhatikan dirinya sebagaimana ia memperhatikan dirinya sendiri. Menurutnya, orang lain harus menilai penampilannya sebagaimana ia menilai penampilannya sendiri. Ini adalah akibat dari tidak dimilikinya keseimbangan sikap dan perasaan oleh generasi seusianya. Selain juga akibat perubahan-perubahan drastis yang memunculkan ciri kelelakian atau kewanitaan dalam dirinya, sehingga membuatnya merasa matang dan sempurna.

Rasa Takut dan Cemas

Seorang remaja puber terkadang merasa takut, tetapi ia tidak mengetahui apa yang membuatnya takut. Rasa cemas muncul di dalam dirinya terhadap sesuatu yang tidak ia ketahui. Ia hanya menduga bahwa ada hal-hal berbahaya yang akan menimpanya, tapi ia sendiri tidak mengetahui wujud dari sesuatu yang ia anggap berbahaya itu. Terkadang sesuatu yang ia takutkan itu sama sekali tidak ada, dan ternyata hanya sebuah ilusi yang disebabkan oleh sensitifitas dan intuisi yang berlebihan dalam dirinya.

Mayoritas remaja puber cenderung cemas terhadap diri dan masa depannya. Ia takut menghadapi resiko-resiko kegagalan dan kesuksesan. Ia juga merasa tidak stabil, karena ia belum memiliki pijakan yang jelas dan belum memiliki visi kehidupan yang pasti. Selain juga karena kekaburan yang menyelimuti jalan baru yang ia tempuh. Remaja puber memiliki rasa yang dirasakan oleh orang-orang dewasa, serta memiliki sebagian sifat dan karakter orang dewasa, namun ia tidak menempuh jalan yang sama dengan mereka.

4.    Remaja Puber dan Masyarakat

Seorang remaja puber sangat membutuhkan masyarakat di sekelilingnya untuk dijadikan sebagai sarana aktualisasi diri dan eksistensinya. Dan ini adalah tabiat semua orang, kebutuhan semua manusia, tidak hanya remaja puber. Remaja di masa pubertas mengaktualisasikan dirinya di tengah masyarakat melalui pengetahuan akan urgensi dirinya dan kebutuhannya terhadap penghargaan dan tanggung jawab. Ia juga membutuhkan ujian kemampuan dan identifikasi kecenderungan dan potensinya.

Itulah mengapa Islam memberikan berbagai kewajiban Agama kepada manusia sejak ia mencapai usia akil baligh, serta membebankan kepadanya tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, baik dalam hal ibadah maupun muamalah (interaksi dengan sesama). Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—juga memberikan izin untuk pergi berjihad bagi mereka yang sudah mengalami mimpi basah (telah akil baligh). Padahal jihad adalah tugas yang sangat berat dan tidak main-main.

Seorang remaja puber tidak suka bergantung kepada orang lain. Sebaliknya, ia selalu berusaha untuk mandiri. Inilah titik yang menentukan bagaimana ia bersikap terhadap orang-orang dewasa, sekaligus juga menentukan bagaimana orang-orang dewasa bersikap terhadapnya.

Selain percaya terhadap kemampuan diri dan menyukai apresiasi dari orang-orang di sekelilingnya, remaja puber juga membutuhkan jalinan hubungan dengan teman yang bisa ikut berempati bersama perasaan dan kehidupan yang ia jalani. Jalinan persahabatan seperti ini memiliki ciri kesamaan perasaan dan emosi antara kedua belah pihak. Masing-masing berkeinginan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan-keinginan mereka. Dalam persahabatan seperti ini, kedua belah pihak begitu setia kepada sahabatnya, bahkan dalam perilaku kejahatan sekalipun. Persahabatan menjadi kebutuhan krusial bagi seorang remaja puber dalam menghadapi perubahan-perubahan drastis yang terjadi pada dirinya. Karena ia membutuhkan jawaban-jawaban atas hal-hal yang mungkin malu ia tanyakan kepada orang-orang dewasa.

Perubahan-perubahan drastis dan perkembangan organ-organ tubuh, akal, dan psikologis yang dialami oleh remaja puber adalah awal dari kedewasaan dan kematangan dirinya. Namun sayangnya, orang-orang dewasa kerap menolak hal ini, atau tidak peduli sama sekali, atau justru menentangnya. Perlakukan seperti ini memiliki efek yang sangat buruk terhadap remaja, bahkan dapat menyebabkan mereka putus asa dan kehilangan harapan. Pada akhirnya, itu akan membuatnya melakukan pembangkangan. Selain itu, hubungan dengannya akan menjadi renggang. Ia akan melakukan pemberontakan terhadap adat istiadat, lalu tenggelam bersama komunitas sahabat-sahabatnya.

[Sumber: www.islammemo.cc]

  

Artikel Terkait

Keutamaan Haji