Islam Web

Haji & Umrah

  1. Haji & Umrah
  2. Persoalan Sosial

Kawanan Nyamuk!!

Kawanan Nyamuk!!

Bismillâhirrahmânirrahîm.

Segala puji bagi Allah, dan shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—beserta keluarga dan para shahabat beliau.

Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang artinya): "Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu." [QS. Al-Baqarah: 26]

Sebagian orang mungkin merasa heran, mengapa Allah membuat perumpamaan di dalam Al-Quran dengan seekor nyamuk. Serangga kecil  yang mencari tempat-tempat manusia yang paling terang agar dapat hinggap di sana, sehingga merubah ketenangan manusia menjadi gerutu dan kekesalan. Sewaktu-waktu ia menghilang dan kemudian tampak lagi pada waktu yang lain. Ia berupaya mendarat ke tubuh manusia pada waktu di mana seluruh anggota badan manusia tengah tenang dan istirahat. Diam-diam ia mendarat di atas tubuh yang merasa aman itu, sementara sang pemilik tubuh tidak menyadari strategi dan tipu daya ini. Serangga yang satu ini pun menancapkan tombaknya yang menjengkelkan di atas tubuh yang tengah tenang itu.

Sekejap kemudian, manusia malang itu pun tersadar bahwa dirinya telah ditikam dengan tipu muslihat, dan darah terbaiknya telah dicuri dari tubuhnya. Ia pun menoleh ke kiri dan ke kanan, dan tampaklah oleh kedua matanya bahwa si pencuri adalah seekor nyamuk. Serangga yang hidup di atas penderitaan orang lain; menyerang dan menghisap darah mereka di saat lengah. Sehingga, ketika seseorang melihat sang makhluk mungil itu terbang meloloskan diri di hadapannya, tidak ada yang keluar dari mulutnya kecuali kutukan bercampur dengan hembusan nafas kesal, semoga makhluk kecil itu bernasib sial. Tidak ada yang bisa mengobati kekesalan di hatinya kecuali dengan melihat si nyamuk mati dengan darah terpencar dari tubuhnya.

Mohon maaf, para pembaca yang budiman, bila saya melukai perasaan Anda, atau membuat pikiran Anda tidak nyaman dengan pembicaraan mengenai serangga ini. Semoga Allah memuliakan Anda semua. Hanya saja saya melihat bahwa pada zaman sekarang, serangga yang satu ini sukses menuntun banyak manusia untuk mengikuti jalannya yang gelap. Sehingga orang-orang itu pun berjalan di belakangnya dan mengikuti jejak langkahnya, sehingga mereka menjadi laksana kawanan nyamuk yang membangun kehidupan dengan cara menyakiti orang lain, dan membahagiakan diri dengan cara menyengsarakan orang lain.

Kawanan Pemakan Daging Manusia

Sebagian orang ada yang senang mengunyah daging saudaranya yang telah meninggal dunia. Ia tidak mengisi waktunya kecuali dengan menyebut hal-hal terburuk yang dimiliki oleh saudara-saudaranya sesama muslim. Ia merasa nyaman dengan menyebut-nyebut kekurangan mereka dan merusak nama baik mereka. Ia menggambarkan teman-temannya sesama muslim dengan deskripsi dan sifat-sifat yang paling keji. Ia membuat banyak orang tertawa mendengar berita tentang saudara-saudaranya sendiri. Ia membuat para musuh gembira mendengar buruknya nasib kaum muslimin. Orang-orang Yahudi dan Nasrani selamat dari kejahatan lidahnya, tetapi saudara-saudaranya sendiri justru tidak.

Betapa mengherankannya mereka. Bagaimana telinga mereka bisa tersumbat dari firman Allah—Subhânahu wata`âlâ—(yang artinya): "…dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. " [QS. Al-Hujurât: 12]

Atau, bagaimana bisa mereka tidak mengetahui sabda Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam, "Ketika aku dimi'rajkan (dalam peristiwa Isra' Mi'raj), aku melewati sekelompok manusia yang memiliki kuku-kuku dari tembaga. Mereka mencakari wajah dan dada mereka sendiri. Aku pun bertanya, 'Siapakah mereka, wahai Jibril?' Jibril menjawab, 'Mereka adalah orang-orang yang suka memakan daging manusia (suka menggunjing) dan mencemari kehormatan orang lain." [Menurut Al-Albâni: shahîh]

Karena itu, takutlah kepada Allah, wahai hamba Allah. Jangan sampai Anda termasuk orang-orang yang mencakar wajah dan dada sendiri dengan kuku-kuku dari tembaga. Bahkan, hati-hatilah, jangan sampai Anda termasuk orang-orang yang mendengarkan para penggunjing dengan seksama saat mereka mencemarkan kehormatan orang lain dan memakan daging-daging mereka. Jangan ragu untuk membungkam lidah mereka dari perbuatan haram ini. Jadilah perisai pelindung bagi kehormatan saudara Anda di belakangnya, agar kelak Allah menepis api Neraka dari Anda pada hari Kiamat. Karena Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Siapa yang membela harga diri saudaranya, niscaya Allah akan memalingkan api Neraka dari wajahnya pada hari Kiamat." [HR. At-Tirmidzi]

Kawanan Pembuat Kerusakan di Tengah Manusia

Ada pula kelompok nyamuk bertubuh manusia yang membuat kerusakan di tengah manusia, serta menebar permusuhan di tengah orang-orang yang bersaudara dan bersahabat. Hati mereka tidak bisa tenang sampai mereka melihat dua orang sahabat dekat menjadi saling bermusuhan, sepasang suami-istri yang saling mencintai menjadi berpisah, dan dua orang kerabat yang hidup rukun menjadi berselisih. Perilaku mengadu domba sudah menjadi penyakit yang mengalir dalam pembuluh darah mereka. Mereka merasa terbakar melihat hati-hati yang bersih. Mereka geram menyaksikan keharmonisan orang lain. Jiwa-jiwa mereka sakit. Hati mereka menghitam. Celaan apa lagikah yang patut kita alamatkan kepada mereka setelah celaan Sang Pencipta terhadap mereka di dalam kitab suci-Nya, saat Allah berfirman (yang artinya): "Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah." [QS. Al-Qalam: 11]

Ancaman apalagi yang patut disebutkan kepada mereka setelah ancaman Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—ketika beliau melewati dua kuburan lalu bersabda, "Sesungguhnya kedua (penghuni)-nya tengah disiksa. Dan tidaklah keduanya disiksa karena dosa besar. Adapun salah seorang dari keduanya, (ketika hidup) tidak membersihkan diri dari bekas kencing. Sedangkan yang kedua, (semasa hidup) selalu mengumbar adu domba." [HR. Al-Bukhâri]

Jika sedemikian menakutkannya kondisi pembuat fitnah (adu domba) di dalam kuburnya, lantas bagaimana kiranya keadaannya pada hari ia berdiri di hadapan Tuhannya dan di depan orang yang dirugikannya??

Kawanan Pelaku Olok-olok

Ada juga 'kawanan nyamuk' lain yang senang mencari-cari aib (kekurangan) orang lain, sehingga mereka bisa melihat kotoran di mata saudara-saudara mereka, sementara mereka tidak dapat melihat batang pohon di depan mata mereka sendiri. Mengejek bagi mereka telah menjadi watak, dan mengolok-olok telah menjadi tabiat. Baru saja mereka menemukan aib (kekurangan) saudara mereka yang bukan hasil perbuatannya sendiri, mereka akan langsung membesar-besarkannya, menambahnya dengan berbagai kebohongan dan fitnah, serta segera menyebarluaskannya di tempat-tempat perkumpulan dan rumah-rumah orang. Mereka jadikan itu bahan ocehan untuk membuat tertawa teman-teman mereka, sekaligus sebagai pemuas dahaga hati mereka yang berpenyakit. Padahal dengan begitu, ia telah menyimpang dari tuntunan Allah yang lurus, sebagaimana yang tertera di dalam kitab suci-Nya. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya): "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain, (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan itu) lebih baik daripada wanita (yang mengolok-olok). Dan janganlah kalian mencela diri kalian sendiri, dan janganlah kalian saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman. Dan barang siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang yang zalim." [QS. Al-Hujurât: 11]

Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Cukuplah menjadi dosa bagi seseorang bila ia menghina saudaranya sesama muslim." [HR. Muslim]

Kawanan Mata-mata

Di antara 'kawanan-kawanan nyamuk' itu, ada pula satu kawanan yang tidak kalah berbahaya bagi umat Islam dari kawanan-kawanan sebelumnya. Kawanan ini biasa mengawasi segala perbuatan dan perkataan kaum muslimin. Sehingga mereka mendengar apa rahasia seseorang yang ia tidak ingin didengar oleh orang lain. Mereka memata-matai apa yang sangat ingin disembunyikan oleh seseorang. Kawanan ini seolah lupa bahwa hamba-hamba Allah berhak mempunyai rahasia. Bahkan mereka seolah betul-betul lupa bahwa Allah dan Rasul-Nya—Shallallâhu `alaihi wasallam—melarang mereka melakukan hal itu. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—telah berfirman (yang artinya): ".dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain." [QS. Al-Hujurât: 12]. Dan Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda dengan ungkapan senada, ".dan janganlah kalian memata-matai orang lain." [HR. Al-Bukhâri]

Nabi kita tercinta—Shallallâhu `alaihi wasallam—juga bersabda, "Janganlah kalian menyakiti kaum muslimin, jangan memperolok-olok mereka, dan janganlah kalian mencari-cari aib (keburukan) mereka. Karena sesungguhnya siapa yang mencari-cari aib saudaranya sesama muslim niscaya akan dicari-cari aibnya oleh Allah. Dan siapa yang Allah cari aib (keburukan)-nya niscaya Allah akan membongkar kejelekannya, meskipun (ia sedang bersembunyi) di dalam rumahnya." [Menurut Al-Albâni: hasan]

'Kawanan-kawanan' nyamuk ini tidak hanya puas dengan dosa merusak kehormatan orang lain melalui gunjing, adu domba, dan lain-lain. Mereka menambahkan lagi dosa lain berupa perasaan gembira bila orang lain terkena bencana. Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Jangan pernah engkau memperlihatkan rasa gembira atas musibah yang menimpa saudaramu, karena (akibatnya adalah) Allah akan melimpahkan rahmat kepadanya dan menimpakan cobaan kepadamu." [HR. Al-Mundziri]

Letak Bahaya dan Dampak Negatifnya

Bahaya sesungguhnya terletak pada kenyataan bahwa banyak di antara orang yang mencari nikmat hidup di atas kerugian orang lain ini memandang bahwa gunjing baginya adalah sebuah hiburan, adu-domba adalah nasihat, olok-olok adalah canda, dan memata-matai orang lain hanya karena sekedar ingin tahu. Padahal sebenarnya yang dijadikan tolak ukur adalah makna yang dikandungnya, bukan kata-kata dan namanya semata.

Hendaknya kita semua tahu, bahwa seluruh hal-hal yang diharamkan tadi menyulut kedengkian dan rasa iri di dalam dada, serta membangun istana permusuhan dan kebencian yang begitu tinggi dan gelap, meskipun pada awalnya adalah canda dan senda gurau!!

Cukuplah sebagai peringatan, betapa hal-hal itu akan memenuhi lembaran catatan amal dengan dosa yang membuat kepala manusia tertunduk di hadapan Sang Pencipta pada hari Kiamat kelak, serta mempermalukannya di hadapan seluruh makhluk Allah. Bahkan, perbuatan-perbuatan itu akan menjadi penyebab kebangkrutan pada hari Kiamat, yang di sana tidak ada lagi jalan menuju kekayaan. Hal itu sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah—Semoga Allah meridhainya, bahwa Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—pernah bertanya (kepada para shahabat), "Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?" Para shahabat menjawab, "Orang yang bangkrut di antara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan tidak pula memiliki harta benda." Kemudian RasulullahShallallâhu `alaihi wasallambersabda, "Sesungguhnya orang yang bangkrut dari kalangan umatku (adalah orang yang) akan datang pada hari Kiamat dengan membawa (pahala) shalat, puasa, dan zakat. Namun ia juga datang dengan (dosa) mencaci si ini, menuduh si itu tanpa bukti, memakan harta si ini, menumpahkan darah si itu, dan memukul si ini. Sehingga diberikanlah sebagian (pahala) kebaikannya kepada orang-orang yang disakitinya itu. Bila (pahala) kebaikannya telah habis (dibagi-bagikan kepada orang-orang itu) sebelum tertebus semua kezalimannya, diambillah dosa orang-orang itu, lalu diberikan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke dalam Neraka." [HR. Muslim]

Upaya Pencegahan dari Bahaya Kawanan-kawanan Ini

Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallamsangat ingin agar umatnya selalu bernaung di bawah naungan persaudaraan dan saling menyatu. Beliau selalu mengingatkan faktor-faktor yang dapat melepaskan tali persatuan itu. Sebagaimana beliau juga mengancam orang-orang yang ingin menebar permusuhan dan sebab-sebabnya, baik yang tersembunyi maupun yang nyata terlihat. Jika tidak, bagaimana mungkin Agama ini bisa mempunyai suatu entitas yang menerapkan hukum-hukumnya, sekaligus menggetarkan musuh-musuhnya. Dan tiada jalan menuju tujuan yang mulia ini kecuali dengan membersihkan hati dari kotoran dengki yang akan menimbulkan berbagai keburukan yang telah kita sampaikan di atas, dan dihimpun pula oleh sabda Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam, "Janganlah kalian saling mendengki, saling menipu, saling membenci, dan saling memutuskan hubungan. Janganlah pula sebagian kalian membeli barang yang telah dibeli oleh sebagian yang lain. Dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yg bersaudara. Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain. Ia tidak boleh menzaliminya, menelantarkannya, atau pun menghinanya. Takwa itu ada di sini—Rasulullah menunjuk ke dada beliau tiga kali. Cukuplah menjadi kejahatan bila seorang muslim menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim adalah haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya bagi muslim yang lain." [HR. Muslim]

Karena itu, hendaklah seseorang takut kepada Tuhannya, bila kelak pada hari Kiamat ia dikumpulkan dalam rombongan kawanan-kawanan semacam ini. Hendaklah setiap muslim memberikan semua hak-hak saudara-saudaranya sesama muslim, agar hak-haknya juga terjaga. Semua yang tidak ia sukai untuk dirinya, mesti juga tidak ia sukai untuk orang lain.

Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat-Nya kepada Nabi kita, Muhammad—Shallallâhu `alaihi wasallam.

Walhamdulillâhi Rabbil `âlamîn.

[Artikel ini pernah dipublikasikan di majalah "Al-Mujtama'", edisi (1353), 24-30 Shafar 1420 H.]

 

Artikel Terkait

Keutamaan Haji