Seorang jamaah haji melakukan haji Tamattu`. Ia menginjakkan kakinya di tanah Hijâz pada bulan Syawwâl. Apakah ia boleh berumrah langsung, ataukah harus menunggu datangnya bulan Dzul Qa`dah.
Segala puji bagi Allah dan shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah beserta keluarga dan para shahabat beliau.
Disyariatkan bagi jamaah haji yang melaksanakan haji Tamattu` untuk melakukan Umrah di bulan Syawwâl atau setelahnya yaitu bulan Dzul Qa`dah, karena kedua bulan tersebut, Syawwâl dan Dzul Qa`dah, termasuk bulan-bulan haji, di mana orang yang berumrah padanya bisa dihukumi haji Tamattu`. Akan tetapi ketika ia tiba di tanah Hijâz dan belum melampaui Mîqât, maka ia boleh berihram untuk Umrah kapanpun ia mau dalam bulan-bulan haji tersebut.
Adapun jika ia datang ke Mekah dan ingin meaksanakan manasik haji, maka ia tidak boleh memasukinya kecuali dengan ber-ihrâm. Bahkan ia tidak boleh melampaui Mîqât, mengarah ke Mekah kecuali dengan ber-ihrâm, selama ia ingin melaksanakan manasik, berdasarkan hadits di dalam kitab Shahîhain, setelah menyebut Mîqât-mîqât: "Mîqât-mîqât itu bagi penduduk negeri-negeri itu dan bagi orang-orang yang lewat darinya yang bukan penduduknya dan hendak melaksanakan haji." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]
Apabila ia ber-ihrâm untuk Umrah pada bulan Syawwâl atau bulan setelahnya, kemudian ia memasuki Mekah, maka ia harus melaksanakan amalan-amalan Umrah seperti Thawâf, Sa`i, mencukur atau memendekkan rambut, kapan pun ia ingin, sebelum melakukan amalan-amalan Haji. Sehingga (dengan demikian) ia menunaikan Haji Tamattu`. Disunnatkan memulai dengan Thawâf jika telah memasuki Mekah.
Wallâhu a`lam.
Sebagai upaya saling menasihati, kami ingin mengingatkan beberapa permasalahan penting dalam topik kali ini. Dan...
Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad—Shallall...
Segala puji bagi Allah, dan shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah—Shallallâhu...