Islam Web

  1. Ramadhan
  2. Penyakit Hati

Apakah Saya Menderita Penyakit Was-was? (Bagian. 1)

Apakah Saya Menderita Penyakit Was-was?  (Bagian. 1)

Saya tidak dapat melihatmu, mampukah saya melawanmu?

Jika menghadapi musuh yang telah kita ketahui tempat, potensi, dan kekuatannya saja membutuhkan perjuangan keras, perencanaan matang, serta kesiagaan terus-menerus terhadap kemungkinan ia menyerang setiap saat, tentu saja menghadapi musuh yang tersembunyi jauh lebih sulit daripada itu.

Inilah permasalahan sebenarnya yang dialami oleh seorang penderita penyakit was-was (cemas berlebihan) atau "OCD" (Obsessive Compulsive Disorder). Ia tidak mampu mengontrol obsesinya, sehingga membuatnya terjebak dalam kondisi yang menyiksa jiwa dan raganya ini. Kondisi seperti ini menjadi sebab paling dominan menimbulkan perasaan frustasi dan kecewa. Oleh karena itu, setiap pribadi muslim seharusnya berusaha mencari kejelasan, serta memastikan segala sesuatunya. Kita tidak ingin seperti orang yang menaiki tangga yang tinggi dengan mengerahkan segala kekuatannya, namun ketika sampai di puncak, ternyata tangga itu tersandar di tembok yang salah. Dan tentunya kita tidak mau mengalami kondisi yang lebih buruk dari itu, yaitu hanya mampu menyesali nasib serta menyalahkan takdir dan kondisi yang ada.

Di sini kita membutuhkan pemahaman yang cermat dan jelas seputar apa yang menimpa kita, atau apa yang disebut oleh pada dokter sebagai diagnosa yang akurat. Kemudian kita membutuhkan berton-ton harapan dan kepercayaan yang sempurna kepada Allah—Subhânahu wata`âlâ. Sehingga dengan demikian, kita dapat melewati cobaan dan ujian, serta menghadapinya dengan sikap yang diridhai oleh Allah—Subhânahu wata`âlâ, yaitu dengan sabar, teguh hati, yakin, dan berusaha menjalani upaya penyembuhan. Lalu setelah itu, ridha menerima karunia dan rahmat Allah—Subhânahu wata`âlâ.

Kita akan membicarakan gejala-gejala penyakit "OCD" (cemas dan was-was yang tidak terelakkan) ini. Kita selalu menegaskan bahwa ia adalah sebuah penyakit, bukan gangguan Syetan, jin, atau sejenisnya.

Sebelum membicarakan beberapa gejala penyakit ini, izinkan kami terlebih dahulu mengingatkan beberapa catatan penting, baik untuk penderita, orang yang mengobati, maupun terutama pihak keluarga, supaya Anda dapat memahami kondisi seputar masalah ini secara komprehensif:

[1] Sebagian orang terkadang hanya mengalami pikiran was-was saja, tanpa kemudian berubah menjadi suatu tindakan yang tidak terelakkan.

[2] Penyakit was-was dan cemas berlebihan (OCD) ini dapat terlihat dalam beberapa model. Hanya saja gejala paling penting dan selalu tampak adalah dalam bentuk pengulangan dan pemeriksaan secara berkali-kali terhadap tindakan-tindakan tertentu. Pengulangan ini bersifat memaksa dan di luar kehendak penderita. Sebagai contoh, penderita biasa mencuci dan membersihkan sesuatu secara berulang-ulang. Atau berlebihan dalam memastikan susunan dan keseimbangan segala sesuatu. Atau menghitung berkali-kali beberapa hal secara tidak terelakkan. Atau bermunculannya pikiran-pikiran nafsu secara agresif dan otomatis. Atau adanya antusias secara berlebihan dalam menjaga dan menyimpan barang-barang yang sudah lama. Atau berbagai contoh lainnya yang akan dijelaskan nanti.

[3] Penyakit ini bisa saja dimulai dengan berbagai pikiran was-was, kemudian berubah menjadi tindakan yang tidak dapat dicegah. Oleh karena itu, penderita penyakit ini harus mewaspadai was-was yang berbentuk seperti ini. Karena melawan pikiran tentu lebih mudah daripada melawan tindakan, terutama jika tindakan itu terus dilakukan dalam waktu yang lama, sehingga membutuhkan terapi perilaku, selain terapi pengetahuan.

[4] Semakin dini penderita mengobati penyakitnya (sejak kemunculan gejalanya), maka akan semakin tinggi pula tingkat keberhasilannya. Selain itu, usaha yang dikeluarkan juga akan jauh lebih sedikit, dibandingkan jika penyakit ini dibiarkan menguat terlebih dahulu.

[5] Tidak ada solusi selain "maju". Demikianlah seharusnya penderita penyakit ini berinteraksi dengan penyakitnya. Karena Allah menguji penderita penyakit ini dalam hal keimanannya pada Allah, kepercayaannya kepada kekuasaan Tuhan, dan keyakinannya tehadap rahmat-Nya. oleh karena itu, pemenang sejati adalah orang yang bersabar dan bertahan, karena tidak ada lagi solusi baginya selain "maju".

[6] Penyakit ini merupakan penyakit yang memiliki awal yang jelas, sehingga penderita harus segera menarik dan mengingatnya, untuk kemudian bisa melawannya. Perlu diketahui, bahwa karakter pribadi yang sejak awal memang selalu was-was, tidak akan terlihat jelas pada dirinya awal munculnya penyakit ini, karena tabiat was-was pada dirinya tumbuh sejak awal bersamaan dengan karakter pribadinya. Kondisi ini tidak terjadi pada penderita penyakit OCD. Karena pribadi yang sejak awal was-was tidak mengalami apa yang diderita oleh penderita OCD.

[7] Penderita penyakit ini sangat bervariasi dalam hal bentuk dan gejalanya. Sebagian penderita hanya mengalami satu macam gejala was-was seumur hidupnya, sementara urusan hidupnya yang lain berjalan secara alami. Sebagian yang lain menderita was-was dalam banyak hal secara berkesinambungan. Ada pula yang menderita was-was dengan gejala yang berpindah-pindah dari satu gejala ke gejala yang lain. Namun perpindahan rasa was-was dari satu gejala ke gejala lain bukan berarti ia tidak akan kembali ke gejala yang pertama. Perpindahan was-was dari satu gejala ke gejala yang lain ini bisa terjadi dengan berkurangnya frekuensi was-was pada satu gejala dan bertambahnya pada gejala yang lain, atau dengan berhentinya salah satu gejala dan mulai meningkatnya gejala yang lain.

[8] Masalahnya bukan pada ada atau tidak adanya gejala. Akan tetapi, untuk mendiagnosa keberadaan penyakit OCD ini, yang menjadi ukuran adalah sejauh mana dampak gejala-gejala itu terhadap kehidupan sosial, studi, dan karir seseorang. Semakin besar dampak itu, semakin penting pula dilakukan terapi pengobatan terhadapnya. Dampak itu berupa sejauh apa hambatan yang disebabkan oleh perasaan was-was tersebut terhadap kehidupan seseorang.

Berikut ini adalah daftar gejala OCD yang paling banyak tersebar. Namun kita juga harus berhati-hati agar tidak merasa was-was dan cemas jika ada gejala-gejala itu terasa dalam dirinya, lalu otomatis merasa telah terjangkit penyakit OCD. Yang kita maksud di sini hanya tindakan berlebihan dalam melakukan gejala-gejala tersebut karena paksaan mental, sehingga membutuhkan perawatan. Bukan hanya semata-mata melakukannya untuk membuang-buang waktu atau yang lainnya. Meskipun kita tetap menyarankan kepada orang yang melakukan hal itu untuk tidak terus-menerus melakukannya. Jadi, tidak perlu cemas dan merasa telah terinfeksi oleh penyakit was-was (OCD) ini.

1.    Was-was terhadap kotoran dan polusi. Gejala ini memiliki beberapa bentuk perilaku, di antaranya:

·         Perasaan muak yang luar biasa kepada zat-zat berlemak, lengket, dan berminyak, atau barang yang ditemukan oleh orang lain di jalanan.

·      Khawatir yang bersangatan terhadap diri sendiri, keluarga, atau orang-orang yang dicintai akan terifeksi oleh penyakit berat akibat terkena kotoran, kuman, bakteri, atau lainnya.

·         Rasa jijik yang berlebihan terhadap hasil pembuangan tubuh manusia, seperti dahak, ludah, air kencing, kotoran, dan keringat.

·         Takut menyentuh orang yang sakit apa pun meskipun penyakit itu tidak menular, serta biasa mencuci badan dan mandi berulang-ulang.

2.    Was-was seputar pengaturan, ketertiban, ketelitian, dan keseragaman. Di antara bentuk perilakunya adalah:

·         Perhatian yang berlebihan terhadap detail sesuatu, serta merasa marah ketika terjadi ketidakrapian di dalamnya.

·         Perhatian yang berlebihan terhadap dandanan pakaian dan penampilan, sampai harus melakukan pemeriksaan berkali-kali setiap menit atau lebih, agar disukai oleh orang di sekelilingnya.

·         Sangat berhati-hati dalam meletakkan segala sesuatu yang kecil atau besar dalam susunan yang tidak boleh diubah, dan di tempat yang telah ditentukan. Juga menangani masalah kebersihan dengan cara yang harus memuaskan.

3.  Was-was dalam penyimpanan dan penjagaan barang, serta tidak mau membuang barang-barang usang. Di antara bentuk perilakunya adalah:

·         "Mungkin suatu hari saya akan membutuhkan barang ini". Bisikan seperti ini sangat kuat di dalam dirinya, bahwa ia tidak bisa membuang apa pun yang pernah ia gunakan atau ia beli pada satu hari, walaupun barang itu sudah tidak layak pakai. Dan untuk menegaskan pikiran seperti itu, ia berusaha menempa hubungan emosional yang berlebihan dengan barang tersebut, sehingga sulit untuk berpisah darinya, karena barang itu memiliki nilai emosional.

·         Panik ketika kehilangan sesuatu atau ketika membuangnya secara tidak sengaja, sehingga ia akan memeriksa barang-barang simpanannya secara berkala dan berlebihan.

·         Memeriksa tong sampah dan limbah rumah tangga untuk memastikan tidak ada sesuatu yang hilang secara tidak disengaja.

·         Menyimpan barang-barang yang tidak bernilai tetapi dahulu pernah digunakan, atau barang yang ditemukan di jalan.

4.    Was-was seputar masalah seksual. Was-was semacam ini hanya bersifat logika (pikiran), dan tidak akan berubah menjadi tindakan. Di antara bentuknya adalah:

·         Takut kalau orang yang dicintai akan ditimpa kekerasan seksual, baik laki-laki maupun perempuan.

·         Takut terhadap praktek penyimpangan seksual secara tidak sengaja dan dengan dorongan was-was.

·         Adanya berbagai persepsi seksual yang selalu menghantui seseorang dalam setiap tindakannya atau tindakan orang lain disekelilingnya.

5.    Was-was seputar pengulangan tindakan. Di antara bentuk perilakunya adalah:

·         Berlebihan dalam keinginan untuk menghitung berbagai macam barang secara memaksa (sulit dihindari).

·         Mengajukan pertanyaan secara berulang dan sering, bukan karena tidak paham atau keinginan untuk menguasai materi, tetapi untuk memenuhi sesuatu yang tidak jelas di dalam dirinya. Namun demikian, ia mengira bahwa hal itu adalah untuk tujuan memahami, padahal tidak.

·         Bersikeras dan suka memaksa dengan ucapan, serta mengulangi nama-nama atau kalimat atau lagu-lagu musik tertentu.

6.    Was-was seputar keraguan dan kebingungan. 

·         Bentuknya antara lain: Keraguan terus-menerus pada perkara yang telah mapan (aksiomatika) bagi orang lain, baik dalam masalah agama, etika, maupun ilmu. Penderita penyakit ini melihat dirinya sebagai peneliti kebenaran yang pendekatannya berasaskan pada penolakan terhadap semua aksioma, sampai ia berhasil menemukan kebenaran. Padahal dengan cara ini, ia telah melakukan langkah pertama menuju penyakit OCD, dan ia tidak menyadari besarnya derita yang ia rasakan kecuali setelah terjatuh pada perangkap tipuan psikologis.

7.    Was-was seputar pelanggaran dan kekerasan. Di antara bentuknya adalah:

·         Ketakutan yang tidak logis dan berlebihan kalau-kalau orang yang ia cintai ditimpa tindak kekerasan, baik karena kebakaran rumah atau tabrakan mobil.

·         Takut kepada pisau, senjata api, parang, atau senjata lainnya, karena khawatir akan menyakiti orang yang ia cintai.

8.    Was-was seputar makanan. Di antara bentuknya adalah:

·         Berpikir berlebihan tentang warna dan jumlah makanan.

·         Rasa takut terhadap kekurusan atau kegemukan, sehingga mendorongnya untuk memuntahkan makanan terus-menerus, sampai hal itu terjadi secara otomatis, karena terlalu takut terhadap kegemukan.

·         Ketakutan yang tidak rasional terhadap salah satu komposisi makanan karena dapat membahayakan kesehatan, seperti kolesterol, lemak dll. Hal ini mendorongnya untuk menahan dan tidak mau sama sekali memakan jenis makanan ini, dan merasa pasti akan terinfeksi penyakit apabila mengkonsumsinya.

·         Keasyikan yang bersangatan dalam hal ukuran dan bentuk sebuah makanan, seperti daging yang mesti sama ukuran potongan, timbangan, bentuknya, dll.

9.   Was-was seputar tubuh, seperti perawatan berlebihan terhadap warna, berat, dan kesehatan badan. Di antara bentuk perilakunya adalah:

·         Ketekunan melakukan berbagai pemeriksaan fisik tanpa ada alasan tertentu, dan itu dilakukan secara berlebihan dan berulang-ulang.

·         Menimbang badan setiap hari lebih dari satu kali, mengukur tinggi badan, dan lain-lain untuk memastikan keakuratannya.

10. Berbagai rasa takut yang tidak masuk akal:

·         Kayakinan yang diiringi dengan perilaku bahwa nomor-nomor tertentu membawa keberuntungan atau kerugian.

·         Melakukan pencucian dengan jumlah tertentu supaya tidak ada bahaya yang terjadi, seperti sakit atau kematian apabila dilakukan sesuai jumlah tersebut.

·         Keyakinan bahwa berjalan di jalan tertentu atau menyentuh benda tertentu akan mengakibatkan bahaya bagi seseorang.

11. Waswas yang berkaitan dengan hilangnya kepercayaan diri. Di antara bentuk perilakunya adalah:

·         Panik memasuki ujian yang tidak terlalu sulit, padahal sudah ada persiapan belajar yang memadai.

·         Takut tidak mampu mengerjakan tugas-tugas rutin yang sederhana.

12. Keinginan yang memaksa untuk menjadikan segala sesuatu benar-benar tepat: Di antara bentuk perilakunya adalah:

·         Perhatian yang berlebihan terhadap kesesuaian, keteraturan, dan kesejajaran kaleng-kaleng, botol, sendok, garpu, dan pisau di dapur.

·         Menggantung pakaian dengan model tertentu dan susunan tertentu di lemari. Demikian pula dengan pengaturan tempat tidur, bahkan terkadang tidak mau tidur di atasnya, demi menjaga kerapian. Selain juga mengkhususkan pakaian tertentu untuk acara tertentu, dan kalau itu tidak terpenuhi, ia tidak mau berangkat.

·         Mengatur perabot rumah berdasarkan centimeter, sangat perhatian terhadap kesejajarannya dengan dinding dan ruang, serta ketelitian berlebihan lainnya.

13.Was-was dalam memastikan segala hal. Ia adalah orang yang memikul   penderitaan di pundaknya dengan meyakini bahwa ia bertanggung jawab atas kehidupan semua orang yang dicintainya, dan merasa bahwa mereka berada dalam bahaya besar. Oleh karena itu, segala gerak-gerik mereka harus dipastikan. Di antara bentuk perilakunya adalah:

·         Memastikan secara terus-menerus dan tanpa alasan apakah keran air benar-benar tertutup rapat atau tidak.

·         Memastikan secara terus-menerus apakah pintu, jendela, dan gembok benar-benar sudah dikunci atau belum.

·         Kembali ke rumah setiap kali pergi keluar untuk memastikan apakah rumah benar-benar telah dikunci atau belum. Juga bangun di malam hari lebih dari sekali untuk memastikan hal yang sama.

·         Terus-menerus memeriksakan seseorang ke dokter untuk memastikan bahwa ia bebas dari penyakit.

14. Was-was dalam bentuk kelambanan. Di antara bentuk perilakunya adalah sangat lambat dalam melakukan rutinitas harian yang biasa, seperti makan, minum, wudhuk, mandi, dan hal-hal sederhana lainnya, dengan dalih bahwa ia harus lambat untuk memastikan bahwa semuanya terlaksana dengan baik.

15. Waswas dalam Agama. Di antara bentuk perilakunya adalah:

·         Pikiran-pikiran dan rasa cemas akan pelanggaran terhadap hukum-hukum Allah atau terjatuh kepada kekufuran.

·         Pikiran-pikiran yang mengganggu dan tidak terelakkan tentang dzat Tuhan dan para nabi.

·         Tekanan emosi yang berlebihan karena penghinaan terhadap Agama, Allah—Subhânahu wata`âla, dan Nabi—Shallallâhu `alaihu wasallam—bersamaan dengan ketidakmampuan menghentikan penghinaan tersebut.

·         Mengulang-ulangi ibadah karena takut melakukannya secara salah, demikian pula dengan mengulang-ulang bacaan zikir misalnya.

·         Mengulangi ungkapan yang telah dilontarkan kepada orang lain untuk memastikan tidak ada kebohongan atau pelanggaran di dalamnya.

·         Untuk poin ini juga terdapat beberapa perilaku di kalangan umat Islam yang menjadi ciri penyakit was-was, misalnya:

·         Keraguan dalam hal niat ibadah, seperti niat wudhuk dan niat shalat.

·         Keraguan tentang tidak suci atau najisnya air yang digunakan untuk berwudhuk.

·         Ketidakyakinan meratanya air mengenai semua anggota wudhuk seperti pada anggota wudhuk yang lain.

·         Was-was yang berlebihan tentang batalnya wudhuk, karena merasa mengeluarkan angin, tetesan air mazi, air seni, tersentuhnya kaki kaki ke tanah, percikan air, dan lain-lain.

·         Keraguan yang terus-menerus tentang kenajisan pakaian atau air yang terbuka.

·         Was-was seputar makhârij (cara pengucapan) huruf Al-Quran, khawatir tidak fasih dalam mengucapkan lafaz-lafaznya, serta berlebihan dalam hal itu dengan mengulang bacaan berkali-kali.

·         Keraguan dalam takbir, bacaan Al-Fatihah, dan rukun-rukun shalat yang lainnya.

·         Keraguan dalam menentukan arah Kiblat.

·         Was-was terhadap dosa bahwa ia tidak akan diampuni oleh Allah, walaupun ia tidak terjerumus ke dalam dosa besar.

·         Was-was terhadap makanan, apakah disembelih dengan cara yang benar sesuai Syariat? Dan apakah yang menyembelihnya seorang muslim atau tidak?

16. Tindakan–tindakan lain yang tidak terelakkan:

·         Tidur atau makan pada jam-jam tertentu, dengan alasan untuk mengusir tindakan Syetan.

·         Tidak mau berjalan di celah antara ubin-ubin rumah atau di jalanan, dan harus menjejakkan kaki di pertengahan ubin.

·         Kecenderungan yang tidak terelakkan untuk mengabarkan kepada seseorang tentang sesuatu, atau mengakui sesuatu kepada orang tertentu.

·         Kecenderungan yang kuat untuk menghitung jari tangan, jumlah tangga, tiang listrik, lantai bangunan, pohon, orang, mobil, ubin, dan lain-lain.

·         Menggunakan zikir-zikir khusus dan mengulang-ulangnya dengan tujuan menghilangkan pikiran-pikiran tertentu.

·         Bila kami di sini menyinggung secara rinci berbagai macam gejala dari penyakit ini, tidak lain tujuan kami hanyalah untuk mengidentifikasi gejala-gejala yang kita cari, sehingga kita dapat melihatnya, dan kemudian memudahkan kita melawan dan memberikan terapi untuknya. Karena itu, lihatlah gejala apa yang dirasa paling dekat, lalu mulailah mengambil tindakan pengobatan. Tentang pengobatan ini, akan kami bahas pada artikel lain dalam usaha kita bersama-sama menuju kesembuhan, insyâallah. Di sana, kami akan menjelaskan berbagai macam metode pengobatannya. Namun dasar dari semuanya adalah harapan, harapan, dan harapan, kemudian keyakinan yang konsisten terhadap rahmat Allah—Subhânhau wata`âlâ. Semoga Allah melindungi kita dari segala kejahatan dan keburukan.

[Sumber: www.islammemo.cc]

 

 

Artikel Terkait