Islam Web

  1. Ramadhan
  2. Aqidah Islam

Saat-saat Terakhir

Saat-saat Terakhir

Bayangkanlah, pada suatu hari yang indah, Anda keluar dari rumah untuk bekerja. Pada hari itu, Anda pamit kepada keluarga Anda, mengantar anak-anak ke sekolah, mengingatkan mereka akan waktu dan tempat menjemput mereka setelah waktu kerja, kemudian Anda pergi ke tempat kerja Anda untuk memulai hari baru. Para karyawan sibuk di sekitar Anda, para peninjau datang silih berganti, suara sahut menyahut di mana-mana, sementara Anda tengah menyelesaikan tugas-tugas Anda.

Tiba-tiba, Anda merasakan sakit yang teramat sangat di dada Anda!! Anda meletakkan tangan Anda di atas dada karena saking sakitnya. Suara-suara di sekitar Anda mulai terdengar pelan. Anda memandang ke arah orang-orang di sekitar Anda untuk melihat apakah ada yang menyadari keadaan Anda? Semua sibuk dengan diri dan pekerjaannya. Ada wajah-wajah yang tertawa, dan ada yang tampak serius. Ada yang tengah menulis, ada juga yang membaca atau berbicara. Rasa sakit di dada Anda kian menjadi. Detak jantung Anda semakin lemah dan berkurang. Nafas Anda mulai terasa sulit. Anda bingung, apakah harus memanggil seseorang dan berteriak, ataukah menunggu saja  dengan harapan semoga rasa sakit ini menghilang?

Anda tidak tahu apa yang mesti Anda lakukan. Saat itulah, Anda mulai teringat anak-anak Anda yang masih kecil. Anak Anda yang mencium Anda sebelum turun dari mobil sambil berkata, "Ayah, jangan telat menjemputku hari ini, ya!" Putri Anda yang berkata kepada Anda sebelum turun, "Ayah, ayah sudah janji akan membelikan hadiah untukku hari ini. Jangan lupa ya Ayah!" Dan anak laki-laki Anda yang Anda ingatkan sebelum ia turun di sekolah, "Nak, perhatikan dengan seksama pelajaran-pelajaranmu, dan hati-hatilah terhadap kawan-kawan yang tidak baik." Lalu ia pun menjawab, "Ya, ayah!"

Sementara nafas Anda semakin sulit, detak jantung Anda sudah mulai bisa dihitung, keringat dari tubuh Anda kian membanjir, dan Anda tidak mampu lagi mendengar apa yang ada di sekeliling Anda selain detak jantung dan suara tarikan nafas di dada Anda. Anda teringat istri Anda yang berjanji di pintu rumah, dan bertanya kepada Anda, "Apa yang kanda inginkan pada makan siang hari ini?" Dan Anda menjawab, "Apa saja hasil karya tanganmu pasti enak." Kemudian Anda pun menciumnya, lalu Anda berangkat. Betapa manis senyumnya!!

Pada saat itu, ketika energi Anda melemah dan tubuh Anda mulai limbung, Anda teringat ibu Anda yang penuh kasih dan ayah Anda yang telah lanjut usia. Tidak ada siapa-siapa lagi yang mereka miliki selain Anda. Anda juga teringat saudara-saudara dan saudari-saudari Anda. Anda teringat sahabat-sahabat yang mencintai Anda.

Pada saat-saat kritis tersebut, Anda teringat shalat-shalat yang Anda lalaikan dan bagaimana Anda mengerjakannya ketika itu. Anda teringat pula sejumlah uang yang belum Anda kembalikan kepada para pemiliknya. Di hadapan Anda, muncul seraut wajah seorang pekerja yang tidak pernah lagi Anda lihat bertahun-tahun lamanya. Siapakah itu? Anda ingat, ia adalah seorang pekerja yang Anda halangi untuk memperoleh sebagian haknya, dan ia menghilang dari Anda sejak bertahun-tahun yang lalu. Bagaimana sekarang tiba-tiba ia bisa muncul di hadapan Anda?!!

Anda merintih, oh, celakanya aku!! Aku hanya ingin beberapa saat saja untuk bisa memperbaiki kesalahan-kesalahanku dan bertobat dari dosa yang telah aku perbuat. (Seperti disebutkan dalam firman Allah yang artinya): "Agar aku berbuat amal yang shalih terhadap apa yang telah aku tinggalkan." [QS. Al-Mu'minûn: 100]

Aku butuh beberapa saat saja, agar aku bisa mengantar pulang anak-anakku ke rumah, mengumpulkan mereka dengan ibu mereka dan kedua orang tuaku, memeluk mereka semua, mencium mereka, dan memberi mereka bekal yang cukup. Tetapi, (sebagaimana disebutkan dalam firman Allah yang artinya): "Dan dihalangi mereka untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan…" [QS. Saba': 54]

Pada saat-saat seperti itu, cahaya mulai meredup. Rasa sakit telah menjadi laksana sebilah pisau besar yang mengoyak-ngoyak isi dada Anda. Kedua mata Anda terbelalak. Detak jantung Anda nyaris tidak lagi ada. Lidah Anda tidak lagi mampu berbicara. Lalu Anda pun tahu (sebagaimana firman Allah yang artinya): "Dan ia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia)." [QS. Al-Qiyâmah: 28]

Hal terakhir yang bisa dilakukan sebelum jatuh adalah berteriak. Kemudian tidak ada apa-apa lagi sesudah itu. Ya, tidak ada. Itulah hal terakhir yang bisa dilakukan. Itulah saat-saat terakhir yang dimiliki. Itulah penutup kehidupan!!

Apakah ada di antara kita merasa yakin bahwa ia masih jauh dari saat-saat seperti itu? Boleh jadi saat-saat itu adalah di tempat kerja, di tempat bermain, di mobil, di rumah, atau di sekolah. Mungkin saja saat-saat itu datang dalam kondisi Anda terjaga atau tertidur, saat Anda ingat atau sedang lengah. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya): "Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi." [QS. Al-A'râf: 97-99]

Setiap hari kita membaca nama orang-orang yang meninggal dunia, dan umur mereka beragam. Tidak lama lagi, akan datang hari di mana orang-orang akan membaca nama kita. Boleh jadi koran-koran esok hari atau setelahnya. Apakah kita sudah mempersiapkan diri untuk hari tersebut? Apakah Anda tengah bersiap-siap untuk saat-saat yang akan datang secara tiba-tiba dan tanpa pendahuluan itu? Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang artinya): "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (Akhirat), dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan." [QS. Al-Hasyr: 18]

[Disadur dari buku "Tharîqul Îmân" (Jalan Keimanan), karya Nabîl Al-'Awadhi]

 

 

Artikel Terkait