Islam Web

  1. Ramadhan
  2. Ringkasan Ajaran Islam

Kiat-kiat Menjaga Diri dari Godaan Syetan (Bag. 2)

Kiat-kiat Menjaga Diri dari Godaan Syetan (Bag. 2)

Segala puji bagi Allah dan shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—beserta keluarga dan para shahabat beliau.

Kita telah berbicara pada artikel sebelumnya tentang tiga kiat penting untuk menjaga diri dari godaan Syetan. Pada artikel bagian kedua ini kita akan sambung dengan menyebutkan kita-kiat lain, di antaranya:

Pertama: Menjaga zikir.

Tidak diragukan lagi, bahwa zikrullâh (mengingat Allah) termasuk salah satu cara terbesar untuk menjaga diri dari godaan Syetan, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas—Semoga Allah meridhainya, "Syetan itu berdiam di dalam hati anak Adam. Apabila anak Adam ini lupa dan lalai Syetan akan menggodanya. Dan apabila ia mengingat Allah Syetan akan bersembunyi."

Ibnul Qayyim—Semoga Allah merahmatinya—berkata, "Sebagian ulama salaf pernah berkata, 'Apabila zikir telah menguasai hati, jika Syetan mendekat, zikir itu akan membantingnya seperti layaknya manusia yang sedang membanting Syetan apabila mendekat kepadanya. Lalu para Syetan berkumpul melihatnya seraya berkata, 'Ada apa dengannya?' Kemudian ada yang menjawab, 'Ia diganggu oleh manusia.'"

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abi Hurairah—Semoga Allah meridhainya, Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Siapa yang mengucapkan Lâ ilâha illallâh wahdahu lâ syarîka lah lahul mulku walahul hamdu wa huwa 'alâ kulli syai`in qadîr (tidak ada tuhan selain Allah, Tuhan yang satu, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya seluruh kerajaan, untuk-Nya seluruh pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu), setiap hari sebanyak seratus kali, maka pahalanya sama dengan membebaskan sepuluh orang budak. Ia juga dicatat telah melakukan seratus kebaikan, dihapuskan darinya seratus kesalahan, dan ia akan terjaga dari gangguang Syetan pada hari itu sampai sore tiba. Tidak ada satu orang pun yang dapat melebihi pahala dan kebaikannya kecuali orang yang membacanya lebih dari itu (lebih dari seratus)." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]

Demikian juga zikir-zikir yang lain. Misalnya doa ketika keluar dari rumah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Anas ibnu Malik—Semoga Allah meridhainya, Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Siapa yang ketika keluar dari rumah mengucapkan, 'Bismillâhi tawakkaltu 'alallâhi lâ hawla walâ quwwata illa billâh (Dengan nama Allah, aku berserah diri kepada Allah, tidak ada daya dan tidak ada upaya kecuali dengan izin Allah', maka saat itu dikatakan kepadanya, 'Engkau telah dicukupkan segala kebutuhanmu, engkau telah dijaga, dan engkau telah ditunjuki'. Lalu Syetan (yang diutus untuk mengganggunya) pun menghindar darinya. Syetan-syetan yang lain berkata, 'Bagaimana engkau mau menyesatkan orang yang telah ditunjuki, dicukupkan, dan dijaga?'" [HR. Abû Dâwûd dan An-Nasâ'i]

Demikian juga zikir ketika masuk rumah dan ketika makan. Sesungguhnya jika seorang hamba mengucapkan zikir-zikir itu, Syetan akan berkata kepada teman-temannya, "Tidak ada tempat tidur dan tidak ada makan malam untuk kalian."

Kedua: Membaca surat Al-Baqarah.

Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—telah bersabda tentang hal ini, "Sesungguhnya Syetan menghindar dari rumah yang dibacakan di dalamnya surat Al-Baqarah." [HR. Muslim]. Beliau juga bersabda, "Bacalah oleh kalian surat Al-Baqarah, karena membacanya adalah keberkahan, meninggalkannya adalah penyesalan, dan tukang sihir tidak bisa menyihir orang yang membacanya." [HR. Muslim]

Dan dalam surat Al-Baqarah terdapat dua ayat terakhir yang disebut oleh Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—dalam sabda beliau, "Dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah, siapa yang membacanya niscaya cukuplah baginya." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]

Ketiga: Melinta perlindungan Allah untuk anak-anak, dan mengumpulkan mereka sebelum matahari terbenam.

Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—membentengi Al-Hasan dan Al-Husain dengan membaca zikir: "A'ûzu bikalimâtillâhit tâmmati min kulli Syaithânin wa hâmmah wa min kulli 'ainin lâmmah (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari segala Syetan, dari segala binatang berbisa, dan dari pandangan mata yang merusak (mata hasad))." Kemudian beliau bersabda, "Sesungguhnya bapak kalian Ibrahim membentengi Ismail dan Ishaq dengan doa ini."

Beliau juga berwasiat untuk mengumpulkan anak-anak ketika matahari terbenam, karena waktu itu adalah waktu menyebarnya Syetan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Jâbir—Semoga Allah meridhainya, Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Jangan biarkan hewan-hewan peliharaan dan anak-anak kalian (keluar rumah) ketika matahari terbenam sampai hilang kepekatan malam, karena sesungguhnya Syetan menyebar ketika terbenam matahari sampai berlalu kepekatan malam." [HR. Muslim].

Keempat: Ikhlas dan tawakal kepada Allah.

Di antara faktor terbesar yang mendatangkan penjagaan Allah terhadap seorang hamba dari godaan Syetan adalah rasa tawakal dan keikhlasannya beribadah kepada Allah—Subhânahu wata`âlâ. Makna tawakal kepada Allah—`Azza wajalla—adalah ketergantungan hati secara benar kepada Tuhan dalam mengambil manfaat atau menolak mudharat (bahaya). Allah—Subhânahu wata`âlâ—telah berfirman menjelaskan pengaruh tawakal dalam menjaga diri dari godaan Syetan (yang artinya): "Sesungguhnya Syetan ini tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya." [QS. An-Nahl: 99]

Sedangkan ikhlas beribadah kepada Allah—Subhânahu wata`âlâ—artinya adalah bahwa seorang hamba hanya menginginkan Allah, hanya berharap pahala dan balasan di hari Akhirat dengan amalannya. Ia tidak ingin dilihat dan didengar oleh manusia dalam menjalankan amalan itu. Ia juga tidak ingin orang-orang membicarakannya dan membicarakan kelebihannya. Dengan makna seperti ini, ikhlas merupakan kunci setiap kebaikan. Ditambah lagi dengan fakta bahwa ikhlas merupakan salah satu faktor terpenting dalam menjamin keselamatan diri dari tipu daya Syetan. Sebagaimana firman Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—tentang perkataan iblis terlaknat (yang artinya): "Iblis berkata, 'Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka." [QS. Shâd: 82-83]

Kita berdoa semoga Allah memberi bimbingan kepada kita semua dan seluruh umat Islam untuk melakukan segala kebaikan, serta menjauhkan kita dari semua musibah, keburukan, dan fitnah.

Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—beserta keluarga dan para shahabat beliau.

 

 

Artikel Terkait