Islam Web

  1. Ramadhan
  2. ADAB ISLAM

Keutamaan Bersyukur

Keutamaan Bersyukur

Allah menjadikan sabar memiliki keutamaan khusus bagi orang beriman. Allah memberi mereka hidayah menuju Islam lalu mereka mencintainya lebih daripada cinta terhadap anak, orangtua bahkan manusia seluruhnya. Allah menetapkan mereka di atas fitrah yang lurus sehingga tidak ada ketakutan dan kesedihan bagi mereka. Mereka mengisi umur dengan ketaatan yang mereka rasakan nikmatnya lebih daripada nikmat makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal. Allah berfirman (yang artinya): “Katakanlah: ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” [QS. Yunus: 58].

Pemilik keutamaan khusus ini adalah mereka yang dikaruniai keutamaan oleh Allah atas kebanyakan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Keutamaan itu ialah nikmat istiqamah. Allah telah menjauhkan mereka dari jalan orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat. Allah menjadikan mereka sebagai pemilik karunia besar, yaitu Surga.

“Hai Nabi, sungguh Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan. Dan untuk menjjadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan menjadi cahaya yang menerangi. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah.” [QS. Al-Ahzab: 45-47]. “Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang terdepan dalam berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. (Bagi mereka) Surga 'Adn mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutera.” [QS. Fathir: 32-33].

Karunia ini mengharuskan kita untuk menaati Allah dan tidak bermaksiat kepada-Nya, karena: “Barang siapa mentaati Allah dan Rasul-(Nya) mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: para nabi, para shiddîqîn [Orang-orang yang sangat teguh kepercayaannya kepada kebenaran rasul], orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” [QS. An-Nisa': 69]. Dan karena tangan Allah sangat pemurah di malam dan siang hari. perbendaharaan-Nya selalu melimpah dan tidak akan pernah berkurang. Dalam sebuah hadits Qudsi disebutkan: “Wahai hamba-hamba-Ku, kalaulah yang pertama hingga yang terakhir dari kalian, bangsa manusia dan bangsa jin, mereka semua berkumpul di atas sebuah tanah tinggi, lalu mereka semua meminta kepadaku, niscaya Aku berikan kepada setiap individu mereka permintaannya, dan hal itu tak secualipun mengurangi karunia-Ku, melainkan seperti (air di ujung) jarum yang mengurangi air lautan ketika dimasukkan ke dalamnya.”

Karunia ini mengharuskan kita untuk senantiasa berdzikir dan tidak melupakan Allah, karena nikmat dan karunia-Nya selalu bersama kita sepanjang siang dan malam hari, di kala sendiri maupun di tengah keramaian. Seandainya seseorang memberi kebaikan kepadamu setiap hari niscaya engkau akan selalu mengingatnya. Lantas bagaimana dengan nikmat Allah yang senentiasa mendatangimu setiap detik dan setiap menit. Allah berfirman (yang artinya): “Hai orang-orang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepada kalian dan Malaikat-Nya (memohonkan ampunan untuk kalian), supaya Dia mengeluarkan kalian dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang beriman. Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang mukmin itu) pada hari mereka menemui-Nya ialah: Salâm [sejahtera dan kedamaian]. Dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka.” [QS. Al-Ahzab: 41-44].

Karunia Allah tersebut mengharuskan kita untuk selalu bersyukur kepada-Nya dan tidak mengingkari nikmat-Nya. Tak satupun nikmat pada diri kita melainkan berasal dari Allah, walaupun kita tak akan pernah mampu memberikan kesyukuran yang sepatutnya meski terhadap satu nikmat saja. Allah berfirman (yang artinya): “Jika kalian kafir maka sungguh Allah tidak memerlukan (iman) kalian [manusia beriman atau tidak, tidak akan merugikan Allah], tetapi Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kalian bersyukur niscaya Dia meridhai bagi kalian kesyukuran kalian itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhan kalianlah kalian dikembalikan, lalu Dia memberitakan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan. Sungguh Dia Maha mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada) kalian.” [QS. Az-Zumar: 7].

Bersyukur kepada Allah wajib hukumnya dalam segala kondisi. Wajib bagi pemuda maupun orang tua, dalam kondisi sehat maupun sakit, kaya atau miskin, di waktu senggang maupun sibuk, dalam keadaan senang maupun susah, terjaga maupun tidur, musafir atau mukim. Syukur wajib ditunaikan dalam setiap waktu dan kondisi, karena nikmat Allah tiada pernah berhenti sehingga kewajiban mensyukurinya pun tidak boleh terputus.

Syukur ialah memikirkan (menyadari) nikmat lalu menampakkannya. Rukunnya ada tiga:

1.    Mengakui nikmat tersebut di dalam batin

2.    Mengucapnya dengan lisan secara zahir

3.    Menggunakannya untuk menaati Allah Subhanahu wata`ala.

Syukur itu dilakukan dengan hati, lisan dan anggota badan. Syukur dengan hati ialah dengan mengenal Sang Pemberi nikmat dan mencintai-Nya, syukur lisan adalah dengan mengucap puja-pujian kepada Allah atas segala nikmat-Nya, dan syukur anggota badan ialah dengan menggunakan nikmat tersebut untuk menaati Allah dan tidak menggunakannya untuk bermaksiat.

Allah sendiri telah berterimkasih atas kebaikan orang-orang yang berbuat baik. Allah berterimkasih atas tindakan Nabi Sulaimân ketika menyembelih seluruh kuda perangnya lalu membagikan dagingnya kepada kaum fakir miskin, sehingga Dia menganugerahi beliau ganti berupa tentara angin: “Yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula)...” [QS. Saba': 12] “Yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang ia (Sulaiman) kehendaki.” [QS. Shad: 36].

Allah juga berterimakasih kepada para Shahabat atas perbuatan mereka ketika mereka berhijrah, berjihad, beriman, bersabar dan menunaikan janji mereka terhadap Allah. Kemudian Allah mengaruniai mereka harta-harta orang Yahudi, Nasrani, Majusi, kaum penyembah berhala dan orang-orang munafik. Allah berterimakasih kepada seorang syahid yang telah mengorbankan jiwa dan hartanya di jalan Allah, meninggalkan harta benda, putra-putri, kampung halaman dan keluarganya, sehingga Allah membalasnya dengan menjadikan ruhnya berada di dalam rongga-rongga burung hijau yang terbang di dalam Surga kemanapun ia kehendaki. Kemudian Allah menganugerahinya beberapa kelebihan: mengampuni dosanya sejak tetesan awal darahnya, mengamankannya dari ketakutan di alam kubur dan Hari Kiamat, memperlihatkan tempatnya di Surga, menikahkannya dengan 72 bidadari, memberi syafaat melalui dirinya kepada 70 orang keluarganya dan memakaikannya hullatul iman (pakaian keimanan).

Allah juga berterimkasih kepada seorang yang menemukan sepotong ranting berduri di jalanan lalu menyingkirkannya. Allah berterimkasih kepadanya atas amalan baik itu lalu mengampuni dan memasukkannya ke dalam Surga. Dialah Allah, Asy-Syakûr (Yang Maha berterimakasih) yang menyukai kesyukuran dan terimakasih.

Allah juga menyandingkan antara syukur dan dzikir supaya seorang hamba selalu berdzikir dan bersyukur. Allah berfirman (yang artinya): “Karena itu berdzikirlah kalian kepada-Ku niscaya Aku menyebut (pula) kalian, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kalian mengingkari (nikmat)-Ku.” [QS. Al-Baqarah: 152].

Allah juga menyandingkan antara syukur dan iman, supaya seorang hamba beriman dan dengan imannya ia bersyukur. Allah  (yang artinya): “Allah tidak akan menyiksa kalian jika kalian bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha mensyukuri [berterimakasih dan membalasnya dengan kebaiakn] lagi Maha mengetahui.” [QS. An-Nisa': 147].

Allah juga mengabarkan tentang minumnya orang-orang yang bersyukur di dunia. Dia berfirman (yang artinya): “Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” [QS. Saba': 13]. Mereka yang sedikit itu adalah orang-orang yang memiliki watak dasar yang baik dan memiliki kedudukan tinggi. Oleh karena itu, Allah berfirman kepada Nabi Adam: “Keluarkanlah ahli Neraka dari keturunanmu. Adam beratanya: Siapakah mereka wahai Tuhanku? Allah menjawab: ‘Keluarkanlah dari setiap seribu itu, sembilan ratus sembilan puluh sembilan ke Neraka dan satu orang ke Surga.” Umar Ibnul Khaththab juga berdoa: “Ya Allah, jadikanlah aku ke dalam kelompok yang sedikit itu.” Orang-orang bertanya: “Bagaimana demikian?” Ia menjawab: “Karena Allah berfirman (yang artinya): ‘Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal yang shalih; dan amat sedikitlah mereka itu.’ [QS. Shad: 24].”

Allah juga membagi hamba-hamba-Nya ke dalam dua golongan: Syakur (ahli syukur) dan Kafur (orang yang kufur nikmat). Hal yang paling dibenci oleh Allah ialah kekufuran dan ahlinya, dan yang paling dicintai oleh-Nya ialah kesyukuran dan ahlinya. Dia berfirman (yang artinya): “Sungguh Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” [QS. Al-Insan: 3]. Dia berfirman tentang nabi-Nya, Sulaiman: “Iapun berkata: ‘Ini adalah kurnia Tuhanku untuk menguji aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Dan barang siapa bersyukur maka sungguh ia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa ingkar maka sungguh Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.’” [QS. An-Naml: 40].

Allah berjanji akan menambah nikmat-Nya kepada hamba-Nya yang bersyukur. Maka siapa yang ingin menjaga nikmat Allah supaya tidak hilang darinya tetapi semakin bertambah, dan ingin menunaikan hak-hak Allah pada nikmat-nikmat tersebut, hendaklah ia bersyukur kepada-Nya. Allah berfirman (yang artinya): “Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu memaklumkan: ‘Sungguh jika kalian bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku) maka sungguh azab-Ku sangat pedih.’” [QS. Ibrahim: 7].

Allah juga menginformasikan bahwa ridha-Nya berada pada rasa syukur kepada-Nya, barang siapa diridhai Allah maka Allah memasukkannya ke dalam Surga dan tidak akan pernah mengazabnya. Allah berfirman (yang artinya): “Jika kalian kafir maka sungguh Allah tidak memerlukan (iman) kalian [manusia beriman atau tidak, tidak akan merugikan Allah], tetapi Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kalian bersyukur niscaya Dia meridhai bagi kalian kesyukuran kalian itu...” [QS. Az-Zumar: 7].

Nabi  may  Allaah  exalt  his  mention bersabda: “Barang siapa mengucap ketika pagi hari: ‘Ya Allah, nikmat apapun pada diriku di pagi hari ini, itu semua dari-Mu semata, tiada sekutu bagi-Mu, maka segala puja-puji dan kesyukuran hanya milik-Mu’, maka ia telah menunaikan kesyukuran nikmat siang harinya itu. Dan barang siapa mengucapnya pada sore hari maka ia telah menunaikan kesyukuran nikmat malam harinya itu.”

Abu Hurairah  may  Allaah  be  pleased  with  them berkata, “Barang siapa dikaruniai kesyukuran ia tidak akan tercegah dari tambahan (nikmat Allah), barang siapa dikaruniai kesabaran ia tidak akan tercegah dari pahala, barang siapa dikaruniai taubat ia tidak akan tercegah dari kemaafan, barang siapa dikaruniai istighfar ia tidak akan tercegah dari ampunan, barang siapa dikaruniai doa ia tidak akan tercegah dari pengabulan.”

Artikel Terkait