Bulan Ramadhan bagaikan usia manusia, pendek dan cepat berlalu. Orang yang cerdas adalah orang memanfaatkan hari-harinya yang masih tersisa, bukan terpaku dengan yang telah berlalu, sampai kesempatan habis, dan ia pun kemudian menyesal pada saat penyesalan tidak berguna lagi.
Kadang di pertengahan usia, atau pun sebelum dan sesudahnya, seseorang menyadari kelalaiannya. Ia sadar telah menyia-nyiakan banyak waktu untuk sesuatu yang tidak berguna dan tidak akan menolongnya di hadapan Tuhannya. Tahukah Anda, apa yang harus ia lakukan? Apakah ia harus frustasi, putus asa, dan merasa bahwa harapannya telah pupus, sehingga ia teruskan kelalaiannya? Ataukah ia harus gigih bertobat dan menunjukkan kemauannya yang sungguh kepada Tuhan, sehingga Tuhan pun menunjukinya, memberinya solusi, membukakan harapan dan jalan yang benar untuknya?
Sepertiga Ramadhan telah berlalu. Sekarang hanya tinggal dua pertiganya. Selama hari-hari yang telah berlalu itu, manusia terbagi menjadi beberapa kelompok dalam pola interaksinya dengan bulan Ramadhan. Pada hari-hari yang tersisa ke depan, mereka harus menjadi satu golongan saja, golongan yang menyesali kekurangan dan kelalaian. Karena walau bagaimana pun kesungguhan seseorang, ia pasti memiliki kelalaian. Karena itu, ia harus bertekad untuk bangkit, mengganti apa yang luput dari dirinya, dan berusaha mewujudkan obsesi yang lebih tinggi.
Pada suatu ketika, Fudhail ibnu `Iyâdh menasihati seseorang dengan nasihat yang sangat dalam dan menggetarkan hati orang itu. Orang itu kemudian berkata kepada Fudhail, "Sekarang, apa yang harus aku lakukan, wahai Abu Ali?" Fudhail menjawab, "Baguskanlah yang tersisa, niscaya apa yang telah berlalu akan diampuni."
Saudaraku yang sedang berada dalam kelalaian, benar adanya, baguskanlah amal Anda dalam hari-hari Ramadhan yang tersisa, niscaya Anda akan mendapatkan ganti dari amal-amal yang luput karena kelalaian Anda.
Saudaraku yang berada dalam kekurangan, janganlah Anda berputus asa karena seringnya Anda berjanji kepada Tuhan Anda, tapi selalu Anda pungkiri. Jangan berputus asa, tetapi malulah kepada-Nya. Iya, sudah saatnya Anda merasa malu kepada-Nya dan menjadikan rasa malu ini sebagai bahan bakar yang menggerakkan Anda melakukan ketaatan dan mencegah Anda dari melanggar aturan-Nya.
Saudaraku yang telah menyia-nyiakan sepertiga Ramadhan yang pertama, janganlah Anda berputus asa. Bangkitlah, dan katakan, sangat mungkin bagiku untuk melakukan yang lebih baik daripada yang telah lampau, dengan izin Allah Yang Maha Pemurah.
Jangan menoleh ke belakang, tapi tataplah ke depan. Iya, ke depan. Sebagian dari Ramadhan yang telah luput dari Anda, anggaplah ia sudah mati. Iya, karena Tuhan Anda Yang Maha Pemurah akan menghapus kesalahan dengan tobat. Janganlah rasa frustasi menguasai Anda lantaran kegagalan Anda pada sepuluh hari pertama Ramadhan. Anggaplah hari-hari Ramadhan yang tersisa adalah seluruh Ramadhan, dan Anda berada di malam pertamanya. Percayalah kepada saya, Anda hanya membutuhkan satu malam saja untuk bisa menjadi orang yang dibebaskan dari api Neraka. Satu malam saja; bahkan satu sujud saja. Kemudian malam atau sujud itu berlalu, Anda tidak lagi bertemu dengannya, lalu pada hari Kiamat nanti Anda melewati shirât lalu masuk ke dalam golongan orang-orang yang selamat. Luar biasa!
Jika Anda telah berjanji kepada Tuhan untuk tidak merokok, namun ternyata Anda merokok lagi, tidak apa-apa. Sekarang buatlah janji baru dan berhentilah merokok. Jika Anda telah berjanji untuk tidak menonton sinetron, namun ternyata Anda menontonnya lagi, tidak apa-apa—Inysâallâh. Putuskanlah hubungan Anda dengan sinetron itu di hari-hari Ramadhan yang masih tersisa. Apa pun yang telah terjadi, masih mungkin bagi Anda untuk menjadikan Ramadhan yang tersisa lebih baik daripada yang sudah berlalu.
Di depan Anda masih ada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Tahukah Anda keutamaan sepuluh hari terakhir Ramadhan ini? Bahkan di hadapan Anda ada malam Lailatul Qadar. Jadi, kenapa harus putus asa dan menyerah? Ayo, bangkitlah! Berjuanglah dengan sungguh, layaknya orang yang mengetahui keutamaan hari-hari yang tersisa dari Ramadhan ini. Berjuanglah layaknya seorang yang menyadari bahwa orang yang bertemu dengan bulan ini namun dosanya tidak diampuni, niscaya akan celaka.
Perbaruilah niat Anda. Pompa lagi semangat Anda. Bangunlah pada sepertiga malam yang terakhir, berwudhuklah dengan sempurna, pakailah pakaian Anda yang terindah, pakailah wangi-wangian, lalu dirikanlah shalat di hadapan Tuhan Anda. Bangunlah seperti Anda tidak pernah bangun sebelumnya. Rukuklah seperti Anda tidak pernah rukuk sebelumnya. Sujudlah seperti Anda tidak pernah sujud sebelumnya. Bermunajatlah kepada Tuhan Anda seperti Anda tidak pernah melakukannya sebelum itu. Inilah kuci keselamatan, rahasia kesuksesan, puncak taufik, dan ujung tujuan.
Bangunlah, carilah perhatian Allah. Alangkah bahagianya seandainya Dia membimbing tangan Anda dan memberi Anda taufik. Selamatkan diri Anda. Bangunlah, karena Anda tidak akan pernah bangkit kecuali jika Dia yang menolong Anda. Anda tidak akan bisa selamat kecuali jika Dia yang menyelamatkan Anda. Bangun dan campakkanlah diri Anda di depan pintu-Nya, lalu katakanlah: "Ya Allah, Wahai Tuhan Yang Maha Penyayang, Wahai Tuhan Yang Maha Pengasih." Bangunlah, mintalah ampun atas kelancangan Anda, dan bertobatlah dari kesalahan-kesalahan yang terlanjur Anda lakukan. Katakanlah kepada-Nya: "Hamba-Mu selainku begitu banyak, sedangkan aku tidak memiliki Tuhan selain Engkau. Bimbinglah aku dan tutupilah kekuranganku."
Katakanlah kepada-Nya: "Wahai Tuhanku dan Penolongku, aku berperang mengalahkan nafsuku, namun ia berhasil mengalahkanku. Aku berjuang menumbangkannya, namun ia yang lebih dahulu menumbangkanku. Bantulah aku untuk menundukkannya. Hatiku ada di tangan-Mu, maka jadikanlah ia mencintai ketaatan kepada-Mu dan membenci maksiat kepada-Mu. Engkaulah pemilik jiwaku, arahkanlah ia kepada ibadah menyembah-Mu. Bantulah aku di hari-hari Ramadhan yang masih tersisa ini untuk menjadi manusia yang Engkau cintai dan Engkau ridhai. Sampaikanlah aku ke malam Lailatul Qadar, dan bebaskanlah aku dari Neraka. Karuniakanlah aku kelezatan puasa, keindahan shalat malam, dan kenikmatan membaca Al-Quran. Seandainya Engkau tidak menyelamatkanku, berarti Engkau telah membinasakanku. Jika Engkau limpahkan urusanku kepada diriku sendiri, berarti Engkau telah melimpahkan urusanku kepada kelemahan, kekurangan, dan kesalahan. Tiada daya dan kekuatan selain dengan kekuatan-Mu. Dalam shalat aku bermunajat kepada-Mu, namun ketika dalam kesendirian, aku bermaksiat mendurhakai-Mu. Alangkah besar kesalahanku, dan alangkah besarnya kesabaran-Mu. Aku berdoa kepada-Mu ketika aku didera kebutuhan, namun aku melupakan-Mu ketika aku mendapatkan kesenangan. Betapa besar kehinaanku, dan betapa luas karunia-Mu."
Mari saudaraku yang terhormat, hari-hari ke depan masih bisa kita jadikan lebih baik daripada yang kita lakukan sebelumnya, dengan izin Tuhan Yang Maha Pengasih.