Islam Web

Artikel

  1. Home
  2. Artikel

Bahaya Maksiat dan Pengaruhnya Terhadap Individu dan Masyarakat (Bag.1)

Bahaya Maksiat dan Pengaruhnya Terhadap Individu dan Masyarakat (Bag.1)

Imam Ibnul Qayyim  may  Allaah  be  pleased  with  them berkata, Banyak orang jahil yang hanya bergantung kepada rahmat, ampunan dan kemurahan Allah, seraya menyia-nyiakan perintah dan larangan-Nya. Mereka lupa bahwa siksa Allah sangatlah pedih dan azab-Nya tak akan tercegah dari para pelaku maksiat. Barang siapa hanya bergantung pada ampunan (Allah) seraya tetap terus berbuat dosa maka ia seperti seorang pembangkang.

Diriwayatkan dari Usamah Ibn Zaid  may  Allaah  be  pleased  with  them ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah  may  Allaah  exalt  his  mention bersabda: ‘Seorang lelaki diseret pada Hari Kiamat lalu dilempar ke dalam Neraka, hingga tersangkut usus-ususnya di Nereka lalu ia berputar seperti keledai yang berputar pada patok ikatannya. Para penghuni Nereka pun berkeliling menyaksikannya dan bertanya: Wahai fulan, apa yang terjadi denganmu? Bukankah engkau dahulu menyuruh kami berbuat ma`ruf dan melarang kami berbuat mungkar? Laki-laki itu menjawab: Aku dahulu menyuruh kalian berbuat ma`ruf namun aku sendiri tidak melakukannya dan melarang kalian berbuat mungkar namun aku sendiri melakukannya.’” [HR. Al-Bukhari dan Muslim].

Diriwayatkan dari Abu Rfi` may  Allaah  be  pleased  with  them ia berkata, “Rasulullah  may  Allaah  exalt  his  mention suatu ketika lewat di pekuburan Baqi` lalu bersabda, Celakalah dirimu, celakalah dirimu’, sehingga aku mengira beliau menunjuk padaku. Beliau bersabda: ‘Tidak, tetapi ini kubur si fulan. Aku mengutusnya pergi (mengambil zakat) ke keluarga si fulan, lalu ia menyembunyikan sebuah selendang, dan sekarang ia mendapat balasan serupa dengan itu dari api Neraka.’[HR. Ahmad].

Rasulullah  may  Allaah  exalt  his  mention juga bersabda, “Didatangkanlah manusia yang paling besar nikmatnya (di dunia) dari ahli Neraka, lalu ia dicelup sekali celupan di dalam Neraka, kemudian ditanya: Wahai anak Adam, apakah engkau melihat suatu kebaikan sedikitpun? Pernahkah engkau merasakan sebuah nikmat menghampirimu? Ia menjawab: Tidak, demi Allah wahai Tuhanku. Kemudian didatangkan pula manusia yang paling sengsara di dunia dari penduduk Surga, lalu ia dicelup sekali celupan ke dalam Surga dan dikatakan kepadanya: Wahai anak Adam, apakah engkau melihat kesengsaraan sedikitpun? Pernahkah suatu kesusahan datang menghampirimu? Ia menjawab: Tidak, demi Allah wahai Tuhanku. (Aku merasa) tidak pernah ada satu kesusahanpun menghampiriku dan aku tak melihat satupun kesulitan.” [HR. Muslim].

Rasulullah  may  Allaah  exalt  his  mention juga bersabda: “Sungguh orang yang pertama kali disidang pada Hari Kiamat ada tiga orang: (Pertama) seorang lelaki yang mati syahid. Ia dihadirkan, lalu Allah memperkenalkan nikmat-Nya terhadapnya dan ia pun mengakuinya. Lalu Allah berfirman: ‘Apa yang engkau lakukan terhadap nikmat itu?’ Ia menjawab: ‘Saya berperang di jalan-Mu hingga saya terbunuh.’ Allah berfirman: ‘Engkau bohong, tetapi (engkau berperang) supaya disebut sebagai pemberani’, dan memang ia telah disebut demikian (di dunia). Lalu turunlah perintah, dan ia pun diseret di atas wajahnya dan dilempar ke dalam Neraka. (Kedua) seorang penuntut ilmu dan mengajarkannya serta pandai/rajin membaca Al-Quran. Ia dihadirkan, lalu Allah memperkenalkan nikmat-Nya terhadapnya dan ia pun mengakuinya. Kemudian Allah berfirman: ‘Apa yang engkau lakukan terhadap nikmat itu?’ Lelaki itu menjawab: Saya menuntut ilmu dan mengajarkannya karena-Mu serta mambaca Al-Quran karena-Mu. Allah berfirman: Engkau bohong, tetapi (engkau melakukan semua itu) supaya disebut sebagai orang yang `âlim (ahli ilmu)’, dan memang ia telah disebut demikian (di dunia). ‘Engkau juga membaca Al-Quran supaya disebut qâri’ (ahli membaca Al-Quran)’, dan memang ia telah disebut demikian (di dunia), lalu turunlah perintah dan ia pun di seret di atas wajahnya kemudian dilempar ke dalam Neraka. (Ketiga) dan seorang lelaki yang Allah berikan keluasan rezeki, Allah memberikannya semua jenis harta. Ia dihadirkan, lalu Allah memperkenalkan nikmat-Nya terhadapnya dan ia pun mengakuinya. Allah berfirman: ‘Apa yang engkau lakukan terhadap nikmat itu?’ Lelaki itu menjawab: ‘Saya tak meninggalkan satu jalanpun yang Engkau sukai saya berinfak padanya melainkan saya berinfak padanya karena-Mu.’ Allah berfirman: ‘Engkau bohong, tetapi engkau melakukan hal itu supaya dikatakan dermawan. Memang ia telah disebut demikian (di dunia). Lalu turunlah perintah dan ia pun di seret di atas wajahnya kemudian dilempar ke dalam Neraka.” Dalam salah satu riwayat disebutkan: “Merekalah makhluk Allah pertama yang diazab dengan Nereka pada Hari Kiamat.” [HR. Muslim].

Nabi  may  Allaah  exalt  his  mention juga bersabda: “Jika engkau melihat bahwa Allah`Azza wajallamemberikan seorang hamba apa yang ia sukai dari dunia padahal ia gemar bermaksiat maka ketahuilah bahwa hal itu adalah istidrâj (godaan yang mempedaya).” Kemudian beliau membaca firman Allah (yang artinya): “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” [QS. Al-An`am: 44].

Sebagian ulama Salaf berkata: “Jika engkau melihat Allah—`Azza wajalla—terus memberi nikmat-nikmat-Nya padamu padahal engkau tetap berada dalam maksiatmu maka berhati-hatilah pada-Nya, karena hal itu hanyalah istidrâj yang Dia ulurkan padamu. Karena Allah telah berfirman (yang artinya): “Dan sekiranya bukan karena hendak menghindari manusia menjadi umat yang satu (dalam kekafiran), tentulah Kami buatkan bagi orang-orang yang kafir pada Tuhan yang Maha Pemurah loteng-loteng perak bagi rumah mereka dan (juga) tangga-tangga (perak) yang mereka menaikinya. Dan (kami buatkan pula) pintu-pintu (perak) bagi rumah-rumah mereka dan (begitu pula) dipan-dipan yang mereka bertelekan atasnya.” [QS. Az-Zukhruf: 33-34].

Allah juga telah membantah orang yang berprasangka sebagai berikut dengan firman-Nya: “Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu ia Dia berikan kemuliaan dan kesenangan, maka ia akan berkata: ‘Tuhanku telah memuliakanku.’ Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka ia berkata: ‘Tuhanku menghinakanku.” [QS. Al-Fajr: 15-16]. Makna ayat di atas: Tak semua orang yang Aku (Allah) beri nikmat dan Aku luaskan rezekinya berarti Aku telah memuliakannya, dan tak semua orang yang Aku uji dengan musibah dan Aku sempitkan rezekinya berarti aku telah menghinakannya, tetapi bisa saja aku menguji seseorang dengan nikmat dan memuliakan seseorang dengan musibah. Nabi  may  Allaah  exalt  his  mention bersabda, “Sesungguhnya Allah memberi pemberian kepada yang Dia cintai dan tidak Dia cintai, dan tidak memberikan iman kecuali kepada orang yang Dia cintai.”Sebagian ulama Salaf berkata: “Banyak orang yang di-istidrâj dengan nikmat Allah sementara ia tidak sadar, banyak orang yang telena oleh pujian manusia sementara ia tidak tahu, dan banyak orang yang tertipu dengan satr (penutupan terhadap aib) Allah sementara ia tidak tahu.”

Yang mesti diketahui bahwa dosa dan maksiat sangatlah berbahaya, dan tak diragukan lagi bahwa bahaya dosa terhadap hati seperti bahaya racun terhadap badan, sesuai kadar bahaya masing-masing. Bukankah semua keburukan dan penyakit di dunia maupun di Akhirat sebabnya adalah dosa-dosa dan maksiat?

Artikel Terkait